KH.Hasyim Muzadi: Kekacauan Timur Tengah Jangan Sampai ke RI

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), KH.Hasyim Muzadi menilai, ekstremisme telah mengakibatkan kekacauan di negara-negara Timur Tengah. Perang dan teror di kawasan itu tak hanya merusak negara, tetapi juga mengganggu kehidupan umat beragama yang sejak dulu aman dan damai.
Menurut Kiai Hasyim, gerakan maupun paham ekstrem fundamentalisme atau liberalisme di kawasan itu bukan tak mungkin merembet ke negara lain di dunia, termasuk Indonesia. Tak ada upaya yang lebih efektif untuk mencegahnya, kecuali memperkuat pemikiran moderat.
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim moderat dianggap berperan penting menjaga, sekaligus memperkuat Islam yang moderat. Jika tidak, paham-paham radikal bakal berkembang pesat di Tanah Air.
“Pemikiran moderat akan tergerus oleh pemikiran radikal dan liberal jika tidak ada upaya untuk mengelola dengan baik pemikiran tersebut,” kata Kiai Hasyim dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin.
Pascareformasi, kata Kiai Hasyim, Indonesia menikmati kebebasan pers dan suasana demokrasi yang dinamis. Tapi seiring itu seluruh aliran dan pemikiran keagamaan masuk secara deras tanpa proses penyaringan.
“Karena itu perlu ada kewaspadaan dan kehati-hatian dari pemerintah dan ulama untuk mengantisipasi akan tergusurnya pemikiran moderat di Tanah Air,” katanya menambahkan.
Kiai Hasyim menjelaskan, sebagai negara plural, Indonesia memiliki Pancasila yang merupakan produk pemikiran moderat sebagai alternatif untuk negara yang tidak sekuler tetapi juga bukan negara agama. Sayangnya, modal yang sangat mahal itu sekarang diabaikan dan cenderung tergusur hal-hal yang murah. “Padahal pemikiran inilah yang menjamin tegaknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),” ujarnya.
Dalam rangka memperkuat Islam moderat itu, Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) menyelenggarakan Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim. Konferensi itu digelar di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, pada  23–25 November 2015.
Konferensi yang akan dibuka Presiden Joko Widodo itu mengundang 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama se-Indonesia, para akademisi serta Duta Besar negara sahabat. Dua kepala negara, yaitu Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Najib Tun Razak dan Sultan Brunei Sultan Hasanal Bolkiah, dijadwalkan hadir untuk menyampaikan pidato.
Kiai Hasyim menegaskan, dalam jangka panjang, moderasi akan melestarikan Indonesia. Karena itu, ICIS tidak berani bergerak sendiri, melainkan harus dengan negara dan pemerintah. “Karena ini bukan hanya urusan Islam melainkan keselamatan negara RI.”