Membangun pesantren bersama wali santri

Natuna (06 Agustus 2017).   Smp Nurul Jannah mengadakan rapat wali murid. Pagi tadi Dewan Majlis Guru beserta seluruh  orang tua siswa dan siswi smp Nurul Jannah mengadakan sebuah pertemuan bersama di Aula Pesantren untuk mendiskusikan beberapa agenda besar.

Pertemuan bersama wali santri ini merupakan pertemuan yang ke-empat dalam forum terbuka guna membicarakan perkembangan segala yang terkait dengan sekolah maupun pesantren. Demikian memang menjadi rutinitas tahunan yang diagendakan oleh pihak sekolah. Tujuannya adalah mensosialisasikan program sekolah, mengevaluasi kegiatan dan juga melakukan  pembenahan-pembenahan terkait hal-hal yang diperlukan, demi kenyamanan dan kemajuan sekolah berbasis Pesantren ini.

Ada beberapa agenda besar yang  dibahas pada pertemuan ini. Sebagaimana hasil rapat internal,  Dewan majlis guru memutuskan bahwa setidaknya ada 4 tema central yang  dimusyawarahkan pada forum wali santri. Pertama, Penekanan terkait pembayaran uang makan bagi anak-anak Asrama. Kedua,  Terkait Kepesantrenan dan Sekolah. ketiga, Laporan dan kelanjutan pembangunan surau Nurul al-Qur’an dan yang terakhir adalah rencana pembuatan Dapur Santri.

Untuk yang pertama, setelah bagian Bendahara memberikan laporan, didapati sebuah kenyataan yang perlu memperoleh perhatian utama, yaitu terkait keaktifan pembayaran uang makan. Pasalnya, tidak sedikit dari para santriwan/i yang tidak tepat  membayar dalam jangka yang sudah ditentukan. Padahal Pihak sekolah sudah memberikan kelonggaran waktu, yaitu tanggal 1 sampai 10 setiap awal bulan. Dan jumlah biaya makan dalam satu bulan juga bisa dikatakan sangat murah, yaitu 350 ribu /bulan dengan tiga kali makan,  jika dibandingkan dengan  lauk yang diberikan setiap makan yang hampir setiap kali makan memakai ikan dan sayur. Disamping  itu, jumlah tersebut juga sudah disepakati dalam rapat wali santri pada tahun sebelumnya. Namun, dalam prakteknya dari sekian santri Asrama,  baik putra maupun putri yang berjumlah 103 anak, untuk dua bulan terakhir ini prosentasi pembayarannya belum bisa mencapai 50 persen. Masih banyak dari mereka yang belum melunasi tanggungannya. Bahkan ada beberapa siswa yang bukan hanya dua bulan mereka telat, tapi berbulan-bulan mereka menangguhkan pembayaran tanpa ada informasi ketidak mampuannya. Sehingga, hal ini menjadi kendala dalam pemutaran pembelanjaan untuk keperluan masak. Selain itu, adanya sebagian santri yang tidak tepat dalam membayar itu juga akan menimbulkan ketimpangan dan kecemburuan sosial bagi mereka yang aktif dan tepat waktu dalam membayar. Oleh karenanya, pihak sekolah maupun pesantren menghimbau dan menegaskan bagi wali santri untuk membayar uang makan pada waktu yang sudah disepakati bersama.

Setelah beberapa saat terjadi diskusi terkait hal tersebut dan juga banyak usulan serta saran yang dilontarkan, akhirnya menuai kesimpulan bersama. bahwa, pertama, setiap wali santri hendaknya memperhatikan dan mengontrol jadwal pembayaran untuk keperluan makan putra-putrinya yang tinggal di asrama. Kedua, Jika diantara tanggal 1 s.d 10 wali santri belum mampu, maka diberi keringanan dua kali bayar dalam tempo satu bulan. Ketiga, pihak sekolah menginformasikan dan mengingatkan waktu pembayaran jika sudah jatuh tempo, seperti melalui sms. Dan terakhir, bagi yang tidak menunaikan kewajiban sesuai waktu yg ditentukan maka, santriwan/i diberikan sanki berupa dinon-aktifkan sementara untuk tidak tinggal di Asrama dan akan diperkenankan masuk kembali ketika melunasinya.

Setelah Pembahasan pertama selesei, maka dilanjutkan dengan sosialisasi kepesantrenan. Sosialisasi yang dimaksud adalah terkait pemberitahuan program dan peraturan Pesantren Nurul Jannah serta evaluasi  kondisi pesantren. Pada kesempatan itu, karena saya termasuk salah satu pembina Asrama putra, maka diminta untuk mempresentasikan di depan wali santri terkait hal-hal yang berhubungan dengan pesantren. Mulai dari peraturan, seperti menjaga kedisiplin, ketertiban dan keamanan, sampai program unggulan yang diterapkan di Ponpes Nurul Jannah, yaitu Program Tahfidzul Qur’an. Dalam segmen ini tidak banyak saran atau komentar dari para peserta rapat. Demikian karena presentasi ini merupakan sebuah pemberitahuan dan ketetapan pihak pesantren. Oleh karenanya, menurut hemat saya, para wali santri menilai bahwa hal itu adalah hak pesantren untuk menetapkan peraturan atau membuat suatu program pengajaran demi kenyamanan, ketertiban dan kemajuan sekolah dan pesantren dengan tetap penuh pertimbangan. Sehingga pembahasan ini tidak menyita waktu lama dan bisa  dilanjutkan dengan pembahasan yang ketiga, yaitu pembangunan Surau Nurul Qur’an.

Sebenarnya, Rencana pembangunan Surau ini sudah sekian bulan ditetapkan. tepatnya pada 22 Oktober 2016 bersamaan dengan HSN (Hari Santri Nasional).  Kemudian rencana itu diwujudkan dengan ditandai  adanya  peletakan batu pertama oleh KH. Hasyim Muzadi, Pengasuh sekaligus Dewan Pertimbangan Presiden RI.

Namun, dalam perkembanganya, Proyek besar ini mengalami sedikit kemacetan dana.  Sehingga proses pembangunan tidak bisa terus berjalan dan berhenti pada tahap pondasi.

Maka, Melihat kondisi ini,   pihak sekolah atau pesantren dan seluruh panitia, membuka dan meminta usulan serta saran dari para wali santri untuk ikut bersama-sama berpartisipasi terkait pembangunan surau Nurul Qur’an.

Pada segmen ini tidak seperti pembahasan sebelumnya yang lebih cepat menuai kata sepakat, tetapi sedikit memerlukan waktu untuk mendudukan berbagai pendapat, saran dan usulan yang muncul. Di antaranya, H. Tarmidzi Sabah yang  menanggapi kelanjutan pembangunan surau Nurul Qur’an ini. beliau berpendapat, bahwa dalam waktu sementara ini  bukan melanjutkan pembangunan surau di Tanah yang sudah tertancap pondasi dan sesuai dengan  gambar. Melainkan, membangun suaru darurat terlebih dahulu di lokasi lain yang masih milik pesantren, jika tersedia, sebagai solusi sementara terkait kurangnya lokal dan asrama putri. pasalnya, selama ini ada satu lokal yang dialih fungsikan menjadi mushola, sehingga jumlah lokal menjadi berkurang.   Setelah Surau darurat ini selesei maka tinggal membangun surau Nurul Qur’an sesuai rencana pembangunan. Dengan demikian problem yang ada bisa segera terpecahkan

Sementara dari wali santri yang lain, Wali dari ananda Fathurrahman, misalnya kurang setuju dengan pendapat H. Tarmidzi untuk membuat surau darurat. Ketua kepala Dinas itu lebih cenderung untuk tetap membangun surau di tempat yang sudah diletakan batu pertama dan  ditancapkan pondasi itu. Demikian agar kita tidak kerja dua kali. Sekalipun munkin tidak bisa langsung sesuai rencana, tukas beliau,  setidaknya satu lantai dengan dinding  serta atap bisa terselesaikan.  Sehingga,  asalkan bisa dipakai, tahap awal ini sudah cukup. Selain itu jika  semua wali santri turut memasok dana maka insya Allah,  pembangunan tahap awal ini juga tidak memakan waktu yang lama.

Pandangan ini rupanya juga lebih dipilih oleh Bpk. Kepala sekolah, Ustadz Budi Nurhamid. Beliau lebih cenderung meneruskan dasar pembangunan yang sudah ada,  yaitu adanya pondasi sampai berdiri surau yang asalkan bisa dipakai untuk sholat dan pengganti lokal. Dengan catatan, pembangunan tetap mengacu megikuti rencana  yang terdapat dalam gambar. Sehingga amal jariyyah dari semua pihak, khususnya para orang tua siswa/i tidak sebatas surau Darurat yang hanya berdiri sementara. Namun akan terus lestari selama surau Nurul Qur’an itu berdiri.

Setelah lama diskusi berjalan, akhirnya dari setiap usul atau saran dan pendapat bisa diambil mufakat. Yaitu melanjutkan pembangunan surau Nurul Qur’an sesuai rencana pembangunan,  namun hanya lantai satu dan atap. Pasokan dana ditopang dari iuran para wali santri sebagai uang pembangunan. Untuk awal mula, setiap dari mereka diberi tanggungan 250. ribu sebagai batas minimal, selebihnya kerelaan masing-masing. sementara H. Tarmidzi Sabah menyumbang seluruh bata lantai pertama yang dibutuhkan untuk pembangunan tahap awal ini.

Maka, dengan adanya putusan itu, memunculkan  secercah harapan akan   Surau Nurul Qur’an yang tadinya masih dalam impian-sebagaimana istilah Bpk. Hasmiza-menjadi surau Nurul Qur’an dalam kenyataan.

Tiga tema central sudah dibahas, maka tinggal satu planing lagi yang perlu didiskusikan. Yaitu rencana pembangunan Dapur santri. Namun,  melihat waktu dan kondisi para peserta rapat yang  sudah sejak pagi membahas pelbagai permasalahan. Kiranya tidak memungkinkan jika kembali dibahas sesuatu yang terkait dengan dana. Demikian sebagaimana usulan salah satu dewan majlis Guru.  Sehingga, nantinya kefokusan  akan terpecah antara memprioritaskan pembangunan Nurul Qur’an atau pembuatan Dapur Santri. Karena, biaya untuk Dapur Santri yang dibutuhkan juga tidak sedikit, yaitu sekitar 90 juta.  Oleh karenanya, Moderator mencukupkan rapat wali santri kali ini.  Dan Akhirnya pertemuan ditutup secara resmi dengan mengucap alhamdulillah pada pukul 11.00.

Demikian Rapat bersama wali santriwan/i Smp Nurul Jannah, Natuna. Pihak sekolah maupun Pesantren Nurul Jannah berharap pertemuan dan kordinasi tidak berhenti sebatas rapat ini.  Melainkan, Acara semacam ini terus berlanjut dan aktif, sekalipun melalui Medsos (Media sosial). Sehingga informasi terkait kepesantrenan dan sekolah, laporan program, kendala serta  problem-problem pendidikan yang ada atau  juga perkembangan pendidikan yang berlangsung bisa tetap diperoleh oleh para walisantri. Dan pengontrolan kepada siswa maupun siswi juga bisa terpantau.