Haul Ke-4 Abah Hasyim Muzadi “EMPAT HIKMAH TARBAWI ABAH HASYIM MUZADI dari Perspektifku sebagai Santri”

Abah Hasyim Acara Berita

Oleh : Dr. Rosidin

Sudah 4 tahun silam (16 Maret 2017), Abah Hasyim Muzadi bersua dengan Sang Rabb yang beliau cintai. Sebagai santri sejak tahun 2004, secara eksplisit maupun implisit, saya menyaksikan taburan hikmah tarbawi yang terkandung dalam setiap tutur kata, sikap dan perilaku Abah Hasyim Muzadi. Sejalan dengan peringatan haul beliau yang ke-4, maka saya hanya mengintisarikan 4 hikmah tarbawi yang kiranya dapat bermanfaat bagi umat muslim pada umumnya, dan bagi para santri beliau pada khususnya.

Pertama, Visioner sebagai realisasi sifat nabawi Fathanah. Sungguh, visi Abah Hasyim itu melampaui zamannya. Ketika belum ada yang berpikiran menjadikan mahasiswa “umum” sebagai sasaran pendidikan pesantren; tahun 1990 sudah tercetus Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam (PESMA) yang mengkhususkan diri membina mahasiswa. Itu pun didominasi mahasiswa umum yang cenderung awam agama, bukan mahasiswa yang mahir agama; sehingga mahasiswa yang mahir agama, akan ditolak masuk PESMA.

Tahun 2003, kembali Abah Hasyim menghadirkan formulasi Ma’had Aly Al-Hikam yang pada mulanya bertujuan membekali para alumni pesantren dengan metodologi khas perguruan tinggi; agar khazanah keilmuan yang diperoleh dari pesantren sebelumnya, dapat ditebarkan secara maksimal melalui keteladanan (hikmah), dakwah lisan (mau’izhah hasanah) maupun karya tulis ilmiah (mujadalah billati hiya ahsan).

Tahun 2011, figur Abah Hasyim sebagai sosok visioner kembali terbukti nyata melalui pembukaan STKQ di Depok yang hanya menerima mahasiswa hafizh al-Qur’an 30 Juz. Saat itu, belum ada sistem pendidikan yang persis seperti STKQ, minimal dari aspek input mahasiswa. Lebih jauh, kehadiran STKQ berangkat dari fenomena “keterbelahan” tokoh agama di Indonesia. Dalam konteks ini, banyak tokoh agama yang pandai fikih, tapi tidak hafal al-Qur’an; sedangkan tokoh agama yang hafal al-Qur’an, tidak begitu menguasai fikih. Melalui STKQ, Abah Hasyim Muzadi tampaknya ingin membina dan mendidik calon-calon ulama yang memadukan hafalan al-Qur’an 30 juz dengan penguasaan ilmu agama yang mumpuni. Saat ini, Gus Baha’ adalah representasi dari ulama kategori ini.

Kedua, Pengabdian sebagai realisasi sifat nabawi Tabligh. Abah Hasyim adalah sosok yang hidupnya penuh berkah, karena diisi oleh aktivitas-aktivitas Ilahiah yang ditujukan untuk kemaslahatan umat muslim dan bangsa Indonesia. Di tengah kesibukan beliau yang super padat, Abah Hasyim masih menyempatkan diri untuk menyampaikan ilmu secara langsung kepada civitas akademika dan jamaah di Al-Hikam Malang.

Pada periode tahun 2004-2008, Abah Hasyim memberi pengajian khusus di Ndalem kediaman beliau dengan “mengelaborasi” kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din dan Syarah Al-Hikam. Kata “mengelaborasi” menggambarkan bagaimana sistem pengajian yang beliau terapkan saat itu:
a) Santri diberi tugas membaca secara random, sehingga secara otomatis membuat para santri mempersiapkan diri sebaik mungkin, agar tidak sampai terbata-bata saat membaca kitab kuning di hadapan beliau. Suasananya bagai “sidang skripsi” tiap pekan; sehingga memicu dan memacu etos belajar santri ketika itu;
b) Abah Hasyim menjelaskan kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din dan Syarah Al-Hikam dengan penjelasan berbasis pengalaman riil beliau di berbagai lini kehidupan, sehingga pengajian ini bagaikan “Living Kitab Kuning”, yaitu isi kitab kuning yang benar-benar mengaktual dalam kehidupan beliau. Sayangnya, saat itu saya masih pada tahap mahasiswa awal, sehingga kapasitas pemahaman saya bagaikan sebuah botol yang harus menampung guyuran hujan deras. Akibatnya, banyak hikmah beliau yang tidak mampu tertampung dalam memori.

Abah Hasyim juga memberikan pengajian umum di Masjid Al-Ghozali dengan kitab utama Riyadhus Shalihin dan Kifayah al-Akhar. Format pengajian seperti pengajian umum yang marak di tengah masyarakat, yaitu menyajikan ajaran agama Islam praktis dengan santai dan diselingi joke-joke khas beliau. Akan tetapi, pengajian beliau selalu menyegarkan kembali semangat beragama. Yaitu tumbuhnya spirit baru untuk menjalankan ajaran Islam, terutama lebih aktif beribadah kepada Allah SWT dan mendoakan kedua orangtua. Pada awal bulan, Abah Hasyim mengadakan pengajian umum yang ditujukan kepada alumni maupun calon jamaah haji KBIH Al-Hikam. Mayoritas tema pengajian bersifat tematik. Di sisi lain, Abah Hasyim memberikan pembekalan bulanan kepada para santri Al-Hikam dalam momen tanbihul ‘amm yang berintikan pada perbaikan kualitas lembaga Al-Hikam maupun pribadi civitas akademika; terutama melalui pengalaman terbaru beliau. Mirip seperti update status yang berkualitas tinggi. Sedangkan pada bulan Ramadhan, kultum beliau yang singkat, padat dan kaya manfaat, senantiasa dinanti-nanti para jamaah. Model pengajian umum inilah yang masih ada rekamannya, bahkan sebagian sudah sempat saya transkrip menjadi buku populer. Misalnya, buku berjudul Al-Hikam: Butiran Hikmah Abah Hasyim Muzadi terbitan TiraSmart Tangerang pada tahun 2017.

Ketiga, Jabatan sebagai realisasi sifat nabawi Amanah. Abah Hasyim adalah sosok yang sejak muda hingga akhir usia, senantiasa dipercaya berbagai kalangan untuk menjadi tampuk pimpinan organisasi. Warga Nahdlatul Ulama mempercaya beliau dari tingkat Ranting hingga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama dua periode. Ulama dunia mempercaya beliau sebagai Sekjen ICIS (International Conference of Islamic Scholars) yang fokus perjuangannya diidentikkan dengan Komite Hijaz ala KH. Wahab Hasbullah yang mempromosikan Islam moderat ke dunia internasional, terutama di tengah terpaan paham ekstremis ala Wahabi dan HTI; serta paham liberalis ala JIL.

Saat pemerintahan SBY, Abah Hasyim kerap dipercaya untuk menjadi “Pemadam Kebakaran” yang bertugas memediasi maupun membantu upaya perdamaian di tengah konflik yang melanda umat muslim di tingkat nasional (seperti Syiah-Sunni di Madura) maupun tingkat internasional (seperti Syiah-Sunni di Iran dan Lebanon), termasuk konflik antara umat muslim dengan non-muslim (seperti Islam-Budha di Thailand). Pada penghujung usia pun, Abah Hasyim dipercaya sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) oleh Presiden Jokowi. Lebih dari itu, forum masyarakat dunia juga mempercaya beliau sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WRCP).

Pusparagam jabatan yang diemban tersebut, senantiasa dijawab oleh Abah Hasyim Muzadi dengan segudang prestasi yang menjadi legacy beliau hingga kini. Misalnya, Abah Hasyim merupakan inisiator PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) yang menampung warga NU diaspora di mancanegara. Pemikiran-pemikiran beliau terkait Islam Rahmatan lil ‘Alamin pun masih menggema hingga kini, terutama melalui para murid beliau yang menjadi civitas akademika di Al-Hikam Malang dan Al-Hikam Depok; serta para “murid ideolog” beliau yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Pada akhirnya, kiprah beliau diapresiasi masyarakat dunia sebagai peringkat ke-18 dari 500 tokoh muslim paling berpengaruh di dunia yang dirilis tahun 2009.

Keempat, Religius-Moralis sebagai representasi sifat nabawi Shiddiq. Kendati tidak beliau mengetahui secara mendalam kehidupan Abah Hasyim dari aspek spiritual dan moral; setidaknya banyak indikator yang menunjukkan beliau adalah profil insan yang religius sekaligus moralis. Abah Hasyim pernah bercerita bahwa beliau mengamalkan puasa selama 1000 hari (sekitar 3 tahun) atas perintah guru spiritual beliau. Ini contoh perilaku religius. Di sisi lain, selama menjadi santri beliau, saya pribadi tidak pernah menjumpai perkataan, sikap maupun perbuatan Abah Hasyim yang tergolong “fazhzhan ghalizh al-qalb” (kasar dan keras hati) yang membuat para santri menjauh. Justru seringkali menjumpai perkataan, sikap dan perbuatan beliau yang tergolong “linta lahum” (lemah lembut), sehingga membuat para santri ‘kerasan’ dan nyaman dekat beliau.

Ini semua sebatas pemaknaan pribadi saya kepada Abah Hasyim. Tentu masih banyak celah yang bisa diisi oleh siapapun yang mengagumi beliau dan bermaksud menapak-tilasi jejak perjuangan beliau untuk meninggikan kalimat Ilahi melalui jalur Islam Rahmatan lil ‘Alamin yang beliau gariskan.

Sebagai penutup, semoga Allah SWT senantiasa memberikan tambahan derajat mulia kepada Abah Hasyim Muzadi; bersanding dengan para guru beliau yang mulia. Lahumul fatihah….

Malang, 16 Maret 2021