Ust. Nasril Albab, S.Ag

Ngaji Tafsir (1)

Pengajian Resume

Kajian Malam Jum’at bersama Ust. Nasril Albab, S.Ag

Kitab Ulumul Tafsir karya Dr Afifudin Dimyati

Depok, Walisongoonline | Siapa Shohibul Qur’an? Shohibul Qur’an ialah orang yang tidak ingin tidur kecuali Al-Qur’an telah dibacanya, hari-hari nya penuh dengan Al-Qur’an. Hatinya selalu terpaut dengan Al-Qur’anز Dia adalah yang siang dan malam harinya selalu disibukkan dengan bacaan al-Qur’an

عَنْ أبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ :

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

رواه مسلم

Abu Umamah al-Bahili ra berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :

Bacalah Al-Qur’an karena ia akan memberikan syafaat kepada para “sahabatnya”

(HR. Muslim No. 1337).

اقْرَؤُوا الزَّهْراوَيْنِ البَقَرَةَ، وسُورَةَ آلِ عِمْرانَ، فإنَّهُما تَأْتِيانِ يَومَ القِيامَةِ كَأنَّهُما غَمامَتانِ، أوْ كَأنَّهُما غَيايَتانِ، أوْ كَأنَّهُما فِرْقانِ مِن طَيْرٍ صَوافَّ، تُحاجَّانِ عن أصْحابِهِمَا، اقْرَؤُوا سُورَةَ البَقَرَةِ، فإنَّ أخْذَها بَرَكَةٌ، وتَرْكَها حَسْرَةٌ، ولا تَسْتَطِيعُها البَطَلَةُ.

Abu umamah Al Bahili ra berkata aku mendengar Rasulullah Saw bersabda :

”Bacalah dua tangkai bunga indah, yakni Surah Al-Baqarah dan Ali Imran. Sebab, keduanya akan datang pada hari kiamat laksana penaung, atau seperti awan pelindung, atau seperti kelompok burung yang membeberkan sayap-sayapnya dan membela pembaca keduanya. Maka bacalah Surah Al-Baqarah, sebab di dalamnya terdapat keberkahan, sedangkan meninggalkannya adalah kerugian. Bahkan, para pelaku kebatilan (para ahli sihir) pun tak mampu menembusnya.”(HR. Muslim No. 804).

Al Quran itu sempurna, terjaga, syifa (obat) dan pemberi syafaat yang tak kan tertolak, tapi dari keseluruhan ayat ada satu ayat yang membuat bertanya-tanya untuk berpikir, yakni “لو أنزلنا هذا القرأن الخ”

Di dalamnya , Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang kalamullah yang agung ini.

Quran itu bagaikan lautan yang kedalamannya tak bisa dijangkau, mutiara tak pernah habis, keajaibannya tak terbayangkan, penglihatan-penglihatannyang tak bisa terhenti, siapa saja muslim yang menghitugnnya akan terus rindu kepada Qur’an. Ia adalah mukjizat langgeng, yang menjadi penerang dari kegelapan menuju keterangan , menunjukkan jalan yg lurus, ayat-ayatnya bersifat universal, sehingga secara tidak langsung mengajak para pecinta Qur’an juga seluruh umat Islam untuk kemudian bertafakur tentang ayat-ayat Allah.

Kemudian siapa saja yang berhak untuk menafsirkan al-Qur’an?

Setidaknya harus menguasai 14 cabang ilmu, yakni: Bahasa Arab, Nahwu Shorof, Balaghoh, Maani, Bayan badi’ Syair(qowafi bahr rojaz bahr towil (talim mutaalim)) dan cabang ilmu lainya, tidak harus menafsirkan keseluruhan isi Al Qur’an

Cinta itu biasanya menemukan kemenarikan pada suatu hal. Kalau saya menemukan kemenarikan dalam bahasa Arab, itu karena Qur’an berbahasa Arab, Cari kemenarikannya, kemudian tenggelamlah dalam cinta kepad Qur’an (B. Arab)

Ilmu bisa menjadi sebab keriidhoan Allah SWT, kita harus mengetahui dasar-dasar ilmu yang dipelajari, mulailah dari sedikit, dari yang terkecil karna 1000 langkah dimulai dari satu langkah.

Sebelum kita masuk pembahasan yang lebih dalam, alangkah baiknya kita pahami dan kuasi dahulu pengertian dan definis tentang tafsir.

Makna tafsir secara bahasa: menyingkap dan menjelaskan “فسر “. Menyingkap tabir makna dari teks Qur’an. Kemudian menurut Rahib Al-Asfahani ada 2 kata yang berdekatan lafaz dan makna, keduanya yakni penjelasan yang bisa dipahami dan penglihatan secara dzohir, juga yang terlihat secara batin.

Selanjutnya, manusia hanya bisa menafsirkan sebatas kemampuan kita(manusia), untuk menghilangkan kesamaran dari yang dimaksud dari ayat tersebut.

Kesimpulan definisi: menyingkap teks Qur’an hanya sebatas kemampuan manusia. Yang mana di dalamnya diharapkan supaya dapat menangkap pesan yang disampaikan Allah melalui kalam-Nya. Tentu, sebatas kemampuan manusia.

Makna Quran satu atau banyak?

Sejatinya makna Qur’an itu hanya satu, hanya saja kita tidak tahu makna sebenarnya yang dimaksud Tuhan (spekulasi yang berdasar). Sebab, keterbatasan manusia, maka makna Qur’an bisa beragam. Sebab  tafsir dari berbagai manusia, dengan corak dan latar beragam yang berbeda pula. Jika tidak ditafsirkan maka kita tidak bisa tahu makna ayat yang dimaksud, padahal maksudnya ada di ayat lain (tafsirul ayat bil ayat)

  • Kita harus merujuk pada Nabi secara langsung, yang jika tidak merujuk maka tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi, karena tugas nabi hanya menjelaskan (tafsir ayat dengan perkataan nabi/hadist)
  • Hanya bisa memahami  Qur’an secara global, tidak bisa memahami secara terperinci. Al-Qur’an bagaikan mutiara yang sinarnya boleh jadi dari berbagai sisi. Tafsir dari fuqoha Quran melahirkan hukum-hukum dan sebagainya.