Takmir Masjid Al-Hikam Gelar Peringatan Isra Mikraj

Acara

Takmir Masjid Al-Hikam Depok menggelar peringatan Isra Mikraj tahun 1143 H/2022 M yang bertepatan pada hari Kamis, 03 Maret di selasar masjid Al-Hikam. Acara yang mengusung tema “Menjadikan Spirit Isra Mikraj Sebagai Motivasi Untuk Bangkit Dari Pandemi COVID-19” dihadiri oleh KH. Muhammad Yusron Shidqi selaku Pengasuh Pesantren, Ust. Mustofa selaku Ketua Ma’had Jami’ah, Ust. Nasril Albab sebagai penceramah dan jajaran asatiz lainnya serta para santri STKQ (Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an), PESMA (Pesantren Mahasiswa) dan PESMI (Pesantren Mahasiswi).

Meskipun hanya diselenggarakan secara internal, acara ini berlangsung dengan meriah. Tampak jelas antusias teman-teman STKQ putra maupun putri, PESMA, PESMI beserta asatiz yang sudah mulai berdatangan ketika tim hadrah Hasyimiyah melantunkan selawat sejak bakda isya.

Acara dibuka dengan pembacaan surah al-Fatihah bersama-sama yang dipimpin oleh Ichsanuddin selaku MC. Dilanjutkan sambutan oleh ketua panitia yaitu Opik Taupikurrahman. Ia menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu mensukseskan terselenggaranya acara ini.

KH. Muhammad Yusron Shidqi juga turut memberikan sambutan. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi atas adanya acara isra mikraj kali ini, namun beliau mengharapkan agar kegiatan selanjutnya panitia dapat menghadirkan penceramah dari luar Al-Hikam.
“Al-Hikam tidak kekurangan orator-orator untuk mengisi acara, tapi mengingat pesan Abah Hasyim untuk tetap menjalin silaturahmi kepada ustaz dari luar, dengan mengundangnya untuk mengisi acara disini” ujar beliau.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan yasin dan tahlil bersama dipimpin oleh Ustaz Mustofa S.Pd.

Puncak acara ini diisi dengan ceramah oleh Ustaz Nasril Albab S.Ag. Dalam ceramahnya, beliau sampaikan ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk membangun spirit Isra Mikraj dalam menghadapi COVID-19.
Pertama yaitu tauhid. Melaui tauhid seseorang akan yakin bahwa apa yang Allah SWT. tetapkan padanya adalah yang terbaik meskipun terkadang tidak sesuai dengan apa yang ia rencanakan karena sejatinya Allah mengetahui apa yang tidak ia ketahui.

Mengutip perkataan Imam Sya’rawi:
نَحْنُ لَا نَعْلَمُ أَيَّ أَرْضٍ وَأَيَّ قَلْبٍ وَأَيَّ قَرَارٍ هُوَ خَيْرٌ لَّنَا وَلَكِنَّنَا ُنوْقِنُ وَنُدْرِكُ أّنَّ الْخَيْرَةَ هِيَ الَّتِي اخْتَارَ اللهُ لَنَا
“Kita tidak tahu di bumi mana, kondisi hati yang bagaimana atau menetap di mana yang terbaik bagi kita, tapi kita yakin dan sadar bahwa yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah SWT untuk kita”.

Kedua, cinta. Untuk menumbuhkan rasa cinta dapat dilakukan dengan menanam benih kecintaan dalam diri kita agar bisa berbunga dan berbuah cinta. Imam Al Yusi dalam kitab Syarah Kifayatul Awam menyebutkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta. Pertama harus mengenal siapa yang akan dicintai, kalau sudah kenal maka harus tahu siapa yang dicintai, tahapan setelahnya ia harus memiliki sifat yang sama dengan orang yang dicintai, dan yang terakhir selalu menghadirkan rasa khawatir dan rindu (jika ia jauh dari kekasihnya).

Ketiga, sabar. Allah memerintahkan untuk sabar dalam menghadapi suatu kesulitan, dengan kesabaran seseorang akan diberi kemudahan dan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi. Peristiwa isra dan mikraj merupakan implementasi dari sifat sabar Nabi setelah ditinggal oleh Khadijah istri tercintanya dan Abu Talib paman yang paling menyayanginya,
Sesi terakhir ditutup dengan pembacaan doa dari Ustaz Nasri Albab, M. Ag.

Pewarta ; Habibullah