Webinar Internasional: “Kiprah Abah Hasyim di Tingkat Internasional (Presiden WCRP) Sosok yang Religius Humanis”

Abah Hasyim Seminar

IHM (Institut Hasyim Muzadi) bersama Pesantren Al-Hikam Depok kembali mengadakan webinar pada hari Jum’at malam, 18 Maret 2022. Webinar yang berskala Internasional sebagai rangkaian acara pra haul ke-5 Abah Hasyim Muzadi ini disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Al-Hikam Depok dan via Zoom Meeting. Diselenggarakannya webinar ini sebagai bentuk upaya meneladani peran besar yang telah ditorehkan Abah Hasyim Muzadi sebagai sosok yang religius humanis di tingkat Internasional.

Hadir sebagai narasumber Dr. Yusron Bahauddin Ambary (Direktur Diplomasi Publik KEMENLU), Dr. Abdul Aziz Ahmad, MA. (Dubes RI untuk Saudi), Dr. Andri Hadi, S.H. LL. M. (Dubes RI untuk Belgia). Selain itu, webinar ini juga diawali dengan pembacaan tahlil oleh KH. Muhammad Yusron Shidqi, Lc. MA (Pengasuh Pesantren Al-Hikam Depok) dan sambutan dari Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA (Direktur IHM) dan Dr. Muhammad Taufiq Al-Bouthi (Ketua Persatuan Ulama Negeri Syam)

Dalam sambutannya, Prof. Rochmat Wahab mengatakan bahwa Abah Hasyim adalah aktivis yang tak pernah lepas perjalanannya dari NU. Abah menapaki dari fase awal hingga menjadi Ketua Umum PBNU. Konsen beliau untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin, tidak hanya dari kalangan internal, NU dan masyarakat Indonesia saja namun terhadap kalangan eksternal dari negara-negara yang keislamannya sejalan dengan Aswaja.

Dalam dunia internasional, Abah Hasyim berhasil memprakarsai berdirinya ICIS (International Conference of Islamic Scholar) sebagai forum komunikasi dan dialog para ulama seluruh dunia. Bahkan beliau juga memainkan peran tidak hanya pada satu agama namun juga antar agama sebagai Presiden WCRP (World Conference Religion for Peace).

Sambutan selanjutnya datang dari Dr. Taufiq Ramadan Al-Bouthi, beliau menceritakan bahwa selain Abah Hasyim merupakan sahabat dari ayahnya, Syeikh Ramadan Al-Bouthi, dirinya telah sejak lama mengenal Abah Hasyim dan seringkali bertemu dalam berbagai seminar dan konferensi. Bagi Dr. Taufiq, Abah Hasyim adalah seorang yang berwawasan keilmuan yang luas, saleh dan mencerminkan ruh Indonesia. Dalam menghadapi konflik dan perseteruan yang terjadi di dunia Internasional, beliau tidak hanya mencari informasi dengan sebatas mendengar saja tapi dengan tabayyun terjun langsung melihat fakta yang terjadi di lapangan.

Peranan Abah Hasyim dalam Dunia Internasional

Dalam acara inti, narasumber pertama, Dr. Yusron Ambary Bahauddin menyebutkan dalam konteks internasional ada beberapa hal yang dapat diteladani dari Abah Hasyim selama berada di ICIS. Pertama, dalam hal yang berkaitan dengan dakwah. Abah Hasyim tidak hanya berdakwah sebatas lisan saja namun sudah mencapai pada tindakan dan aksi nyata. Kedua, keluasan dan kejeniusan pola pikir Abah mampu memandang dunia secara utuh tidak hanya di skala nasional namun juga internasional. Ketiga, ketepatan dalam memahami masalah juga diikuti dengan ketepatan memberi formula dan solusi dari berbagai masalah yang terjadi.

Yusron juga menambahkan kolabarasi antara ICIS yang diwakili NU dan pemerintah luar negeri dalam hal diplomasi berdampak sangat baik terhadap meningkatnya hubungan luar negeri dan citra positif Indonesia di mata dunia. Hal itu tak bisa dilepaskan peranan Abah dalam merangkul berbagai pihak yang bertikai dan memberikan pemahaman Islam Wasathiyah kepada masyarakat dunia.

Bagi Kemenlu, Abah Hasyim adalah sosok kiai intermestik, yang menjadi pengelola dan media yang membahas masalah-masalah internasional dan domestik sekaligus dengan memberikan jalan keluar dari permasalahan keduanya.

Sebagai tokoh publik yang telah mengenal Abah Hasyim sejak lama, Dr. Abdul Aziz, MA. menilai Abah Hasyim sosok yang sangat mudah bergaul dan berkomunikasi kepada pihak siapapun. Keadaan demikian membuat Abah mudah diterima dari berbagai kalangan manapun.

Islam Rahmatan lil Alamin Secara Global

Sedangkan dalam skala Internasional, Abah menghendaki agar paham ahlussunnah wa al-jama’ah an-nahdliyah dapat menjadi sumbangan dan kontribusi terhadap dunia Internasional sebagai respon atas kekeringan spiritualitas yang melanda dunia pada waktu itu.

Beliau juga menjelaskan ada tiga basis Islam rahmatan lil alamin yang selalu disuarakan Abah di level internasional. Pertama, ukhuwah (persaudaraan). Abah Hasyim merumuskan urgensi ukhuwah di tingkat nahdliyyah, nasional, dan basyariah. Kedua, fikrah tawasuthiyah. Basis ini dirumuskan beliau dengan arti tidak radikal dan tidak pula liberal. Prinsip tawasuth tidak hanya berkaitan dengan masalah agama, tapi juga sosial, ekonomi dan negara. Fikrah ini juga tidak menjadikan agama dan negara sebagai dua hal yang saling berbenturan tapi dipikirkan sebagai sesuatu yang simbiotik. Ketiga, maslahah. Menurut Abah, Islam secara syar’i telah dijamin kebenarannya akan tetapi penerapannya dalam suatu keadaan membutuhkan kontekstualisasi. Dari kontekstualisasi inilah yang akan melahirkan maslahah.

Abdul Aziz juga menekankan agar gagasan Abah terus digali dan dilanjutkan sehingga tak berhenti meskipun beliau telah wafat. Karena dari gagasan itulah yang kemudian bisa diadopsi dan berguna bagi institusi negara.

Narasumber ketiga, Dr. Andri Hadi menilai bahwa sosok Abah Hasyim tak pernah lepas dari Islam, moderasi dan nilai-nilai kebangsaan. Kecintaan Abah terhadap Pancasila sebagai warisan dari para founding father membuat Abah mampu merefleksikan nilai-nilai Pancasila lalu mengaitkannya dengan Islam rahmatan lil alamin sebagai gagasannya. Kepiawan Abah dalam memaparkan korelasi antara keduanya mampu menjadi daya tarik dunia Internasional.

Dengan sikap confidence yang sangat baik, Abah mampu menerangkan tawazun, tasamuh, tawasuth sebagai nilai yang terkandung di dalam gagasannya. Abah beranggapan bahwa perdamaian tidak akan terwujud tanpa adanya pemikiran keberagamaan yang moderat dan menganggap pluralitas sebagai sesuatu yang harus dirayakan bukan dipertentangkan.

Dengan demikian, dari webinar ini diharapkan dapat mengenang perjuangan Abah Hasyim Muzadi dan menggali gagasan dan pemikiran beliau dalam meneguhkan Islam rahmatan lil ālamín di tingkat internasional.

Penulis: M. Izharuddin
Editor: Ali Fitriana Rahmat, M.Ag

Muhammad Izharuddin
Mahasantri STKQ Al-Hikam