Kenangan-Kenangan Nyata: 45 Hari KKN di Gunungkidul yang Berkesan

KKN, sebuah kegiatan yang lazim dilakukan oleh anak kuliahan. Kuliah-kerja-nyata, itu merupakan kepanjangannya. Tapi kami rasa, lebih tepat kenangan-kenangan-nyata. Ashli, pake shad (ص), yaqin pake qaf (ق), 45 hari KKN di Gunungkidul benar-benar bikin ngangenin. Padahal baru kemarin-kemarin rampung. Tapi, rasanya pengin balik lagi.

Betapa tidak, sedari 10 September – 25 Oktober kami ber-25 menjalani proker dengan seabrek aktivitas mulai dari yang formal, non-formal, sampai program tambahan.

Dengan banyaknya aktivitas ini, kami didukung penuh sama warga tempat kami mengabdi, yakni dukuh Karangduwet 1, Karangduwet 2, Djaranmati, dan sekitarnya yang berada di Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kami jamin pembaca sekalian bingung akan istilah ‘kapanewon’ barusan, ya kan? Sama, kami pun demikian awalnya. Tapi seiring berjalanannya masa mengabdi di sana jadi paham, ternyata Kapanewon itu setara dengan kecamatan. Kapanewon merupaman istilah yang lazim digunakan bagi daerah setaraf kecamatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hmm.. sungguh istimewa, layaknya kenangan-kenangan kami selama singgah di sana, huhuhu…

Anyway, penerimaan dan sambutan hangat warga setempat menjadi semangat dan memori indah di benak kami selama 45 hari menjalani KKN.

Selama satu setengah bulan, kami mengabdi di berbagai tempat pengabdian yang lebih spesifik. Tepatnya, pekan pertama menginjakkan kaki di sana kami manfaatkan untuk mengeksplorasi sekaligus memetakan tempat mana saja yang bakal jadi fokus pengabdian kami.

Terhitung untuk formal ada banyak instansi, mulai dari tingkat PAUD-SMK. Sementara sektor non formal terdapat 3 musola dan 2 masjid.

Dari pengabdian formal kami belajar bagaimana cara mengajar, mengelola kelas yang berisikan murid dari berbagai usia (PAUD-SMK).

Sementara pengabdian non formal kami belajar bagaimana mengelola dan memakmurkan masjid dan mushola 5 waktu. Mulai dari azan, iqomat, tadarus one day one juz, mengisi kajian tpa anak-anak, serta kajian-kajian lainnya yang berpusat di masjid dan mushola.

Selain itu, kami belajar banyak ilmu kehidupan dari para warga, asatiz, bapak dukuh, rt, rw, serta seluruh elemen masyarakat yang tidak bisa kami sebut satu per satu tatkala mengikuti berbagai kegiatan masyarakat.

Ditambah lagi kegiatan internal yang juga mempererat kekompakan kami angkatan 12 STKQ Al-Hikam Depok. Ada jadwal masak tiap hari, tiap kelompok bebas berkreasi untuk menu makanan siang mau seperti apa. Kami menentukan lauk dan sayurnya, membeli dari bahan mentah, sampai mengolahnya hingga siap saji bagi 25 anak. Ini juga sangat berkesan musabab kami di pesantren terbiasa ‘tinggal makan’ karena sudah ada pramusaji.

Oh iya, ada juga proker internal berupa khataman 30 juz yang dibagikan kepada 25 peserta KKN (ada yang dapat 1 juz, ada yang dapat 2 juz) dan evaluasi setiap malam. Ini juga memperkokoh kesatuan dan semangat kami dalam melakukan proker di hari berikutnya.

Namun demikian, tak terasa 45 hari berlalu. Kini semua tinggal kenangan. Pada 25 Oktober 2025, diadakanlah acara penutupan yang sangat mengharukan.

Terlebih ketika diputarkan after movie yang berisi kilas balik agenda selama 45 hari yang telah terlaksana. Pada saat itu sungguh rasanya berat hati menghadapi fakta bahwa perpisahan sudah di depan mata.

Mau tidak mau, suka tidak suka, kami mesti melanjutkan studi dan berpisah dengan Karangduwet dan sekitarnya yang menjadi lokasi KKN kami.

Sebagaimana lirik sebuah lagu, “Datang akan pergi, terbit kan tenggalam, pasang akan surut, bertemu akan berpisah”. Begitulah adanya, 45 hari berlalu tanpa terasa.

Air mata tak dapat terbendung, isak tangis memecah keheningan acara penutupan malam itu. Sedih rasanya berpisah, namun hidup harus tetap berjalan. Semoga silaturahim yang telah terjalin bisa berlanjut di kesempatan yang lain. Amin paling serius.