Salah satu makhluk Allah Swt. penduduk bumi yang masih sering dianggap lebih lemah dibandingkan laki-laki adalah perempuan. Namun kita sepakat bahwa tanpanya, mungkin tidak lengkap skenario yang Allah Swt. tuliskan. Kedatangan Islam mengubah keadaan yang mulanya perempuan direndahkan, dihina, bahkan kehadirannya tak pernah diharapkan hingga berakhir pembunuhan hidup-hidup berubah menjadi keadaan dimana perempuan sangat dimuliakan. Terbukti dari banyaknya isi ayat Al-Qur’an berikut penjelasan hadits Nabi Muhammad saw yang menerangkan bagaimana peran dan kedudukan perempuan sampai Allah Swt. membuat satu surah sendiri yang dinamakan An-Nisa.
Banyak diceritakan dalam kisah-kisah tentang berbagai macam tokoh perempuan yang luar biasa perannya dalam dakwah, diantaranya:
Telah dicontohkah oleh Sayidah Khadijah, sosok perempuan yang memiliki kekuatan dalam pemahaman. Perempuan bahkan orang pertama yang bersyahadat, memiliki signifikansi dalam segi keilmuan, pandai mengelola harta, berprinsip, dan tentunya kaya. Segala rupa kekayaannya itulah sebagai batu loncatan untuk membantu perjuangan dakwah suami tercintanya, Rasulullah saw.
Telah dicontohkan pula oleh Sayidah Aisyah, sosok perempuan yang sangat cerdas, memperjuangkan hak belajar untuk kaum perempuan. Banyak hadits yang diriwayatkan beliau menjadi dasar hukum dalam beribadah dan bersosial, bahkan beliau tak segan menyampaikan pendapatnya kepada para sahabat.
Baca Juga: Sejarah Peletakan Nuqthah Al-I’jam Dalam Al-Qur’an
Begitu pula dengan Sayidah Nafisah, sosok perempuan ahli ibadah yang sangat taat, akademisi, zuhud, wara, dan mempunyai banyak karamah. Beliaulah salah satu gurunya Imam Syafi’i yang mana kedekatannya tidak perlu ditanyakan lagi. Bahkan hingga di penghujung Imam Syafi’I akan menemui ajalnya, wasiatnya adalah ingin disholatkan oleh Sayidah Nafisah. Beliau adalah sosok perempuan keturunan Nabi, lebih tepatnya adalah cicitnya. Beliau mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya sejak kecil. Nafisah kecil telah menunjukkan ketakwaan dan spiritualitasnya. Hal ini ditunjukkan dengan kegemarannya dalam melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui lingkungannya yang selalu bersama perempuan-perempuan shalihah. Beliau senang menghabiskan waktunya untuk ibadah, membaca Al-Quran, hingga menuntut ilmu. Bahkan ia telah berhasil menghafalkan Al-Quran sejak usianya tujuh tahun.
Maka, dari contoh kisah teladan para perempuan hebat tersebut kita bisa memahami bahwasanya antara laki-laki dan perempuan itu tidak dilihat dari kaya atau tidaknya, dari kuat atau tidaknya. Lebih dari itu, ketakwaanlah yang menjadi poin penting penilaian dihadapan Allah Swt. Perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berusaha menjadi manusia yang kaffah, mendedikasikan dirinya semata-mata kepada Allah Swt.
Terlepas dari adanya perbedaan kodrat yang dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki, banyak peran non kodrati dalam kehidupan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan harus memikul tanggungjawab bersama dan harus dilaksanakan dengan saling mendukung satu sama lain. Sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Taubah : 71
الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
“Dan orang-orang laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar…”
Baca Juga: Cara Islam Memandang Wanita dalam Hadis
Oleh karena itu, sangat penting perempuan untuk mengaktualisasikan diri, membangun signifikansi diri, serta terus berupaya memupuk diri sehingga mampu membantu dakwah di masyarakat tentunya diikhtiarkan dengan menuntut ilmu. Sehingga diharapkan akan lebih banyak perempuan memiliki mindset untuk senantiasa mendedikasikan dirinya hanya untuk Allah Swt. melalui perannya berdakwah untuk dirinya sendiri, keluarga, dan lebih luas lagi untuk masyarakat.
Editor: Tim Jurnalis Al-Hikam