Matahari, bulan, dan planet-planet yang ada di tata surya ini selalu bergerak pada porosnya. Dari pergerakan tersebut, terjadilah pergantian siang dan malam, terjadi pula pasang dan surut, terjadi juga gerhana bulan dan matahari.
Coba kita bayangkan, jika matahari, bulan, dan planet-panet yang ada di tata surya ini tidak bergerak, hanya stagnan yakni hanya berdiam diri tidak bergerak sama sekali. Pasti kita akan merasa bosan melihat bulan dengan bentuk yang sama, tidak berubah-ubah yang kita lihat selama ini, pasti kita juga tidak akan pernah lihat indahnya kejadian gerhana bulan dan matahari, dan juga pasti tidak akan terjadi pasang surut di daerah pesisir laut.
Mengenai peredaran benda-benda yang ada di langit, Allah Swt berfirman dalam QS. Yasin [36]: 38
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
Artinya: “(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” QS. Yasin [36]: 38.
Selain itu, setidaknya dalam Al-Qur’an ada 9 ayat yang tentang perjalanan, salah satunya terdapat dalam QS. Al-Mulk [67]: 15:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” QS. Al-Mulk [67]: 15
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam untuk kepentingan mereka guna memperoleh rezeki yang halal. Hal ini berarti bahwa tidak mau berusaha dan bersifat pemalas bertentangan dengan perintah Allah.
Dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah As-Sakandari, beliau menjelaskan tentang jangan menunda amal.
اِحالتكَ الاَعمالِ علىٰ وجودِ الفراغِ من رعوناتِ النـَّفـْسِ
Artinya: “Menunda amal perbuatan [kebaikan] karena menanti kesempatan lebih baik, suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa”
Dalam syarahnya di kitab Al-Hikam terbitan TuRos, Syekh Abdullah Asy Syarqawi menjelaskan bahwa jika seorang murid menunda-nunda amal yang bisa mendekatkannya kepada Tuhannya karena merasa tidak memiliki waktu luang di sela-sela kesibukan dunianya, tindakan itu merupakan tanda kebodohan jiwanya.
Baca Juga: Menyemai Keberkahan dalam Pergerakan
Menurut beliau, Ibnu Athaillah menyebutnya bodoh karena dia telah menunda amalnya dengan menunggu waktu luang. Padahal, bisa jadi, alih-alih mendapatkan waktu luang untuk beramal ibadah, justru ajal yang menjemputnya tiba-tiba.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan, bahwa bersegeralah beramal dan jangan menunda-nundannya, bisa jadi kalau menunda-nunda amal, waktu kita akan habis dan kematian menghampiri kita,
Mengutip nasihat dari Imam Syafi’i yang termaktub dalam Diwan asy-Syafi’i. Yang artinya sebagai berikut:
Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab
Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah
Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan
Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha
Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor
Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang
Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa
Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran
Matahari kalau berada di porosnya selamanya
Niscaya semua orang, baik Arab maupun non-Arab pasti bosan
Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya
Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah
Ungkapan beliau, secara umum dapat kita pahami supaya giat untuk merantau mencari peruntungan di luar daerah yang kita tinggali. Baik itu dalam konteks mencari ilmu atau hal-hal lain yang mengandung unsur kemuliaan.
Baca Juga; 5 Tips Memilih Teman
Dari beberapa dalil yang telah dicantumkan di atas, dapat kita simpulkan bahwa teruslah bergerak, tidak berdiam diri dan bersegeralah dalam beramal, lebih-lebih beramal dalam kebaikkan karena jika terus menunda-nunda amal, bisa jadi ajal kematianlah yang akan menghampiri kita sebelum melakukan amal. Dalam ungkapan berbahasa Arab disampaikan Al-Harokah Barokah yang artinya dalam pergerakan ada keberkahan. Keberkahan akan diraih manusia setelah ikhtiar, usaha, dan bekerja. Oleh karena itu, mari terus menambah semangat berharakah dalam kebaikan dengan harapan selalu mendapat berkah yang diridloi Allah.
Wallahu a’lam.
Editor: Ust. Ali Fitriana Rahmat, M.Ag