Don’t Judge a Book by Its Cover

Peribahasa ‘Don’t Judge a Book by Its Cover’ sudah menjadi kalimat yang sering kita dengar. Biasanya, istilah itu digunakan ketika ada seseorang yang di-judge atau dinilai –dipandang sebelah mata oleh lawannya– lantas munculah pembelaan diri, “Jangan menilai seseorang dari luarnya saja.”

Sebagai contoh yang beredar di masa sekarang ini adalah ketika banyak dari kita men-judge apa yang terlihat di dunia maya tidak sesuai dengan kenyataannya. Misalnya, ketika kita mengetahui Fulan di sosial medianya sibuk menasihati orang lain untuk mengaji, Nyatanya, dalam kehidupan yang sesungguhnya, Fulan ini pemalas sekali, selalu lalai dalam segala aktivitasnya. Lantas dengan mudahnya kita mengomentari kehidupannya, “Nasihatin orang mengaji, tapi sendirinya tidak mengaji.”

Namun, perlu diketahui bahwa:

ولو حمل من مخطئ الإنسان #  القول الإحسان إحسان   

“Perkataan yang benar akan selalu benar, meskipun diucapkan oleh orang yang salah.”

Maksudnya adalah, ketika ada seorang pelacur berkata, “Harga diri itu mahal. Jangan sampai kamu menjualnya dengan harga yang murah.”

Perkataan itu sah saja diucapkan oleh orang yang salah, karena memang kenyataannya menjadi pelacur itu tidak baik dan berdosa.

Begitu pula jika ada seseorang yang berkata, “Coba, dong, kamu hafal Al-Qur’an, banyak banget keutamaan yang Allah beri untuk para penghafal.”

Perkataan tersebut juga sah saja ketika diucapkan oleh orang yang nyatanya tidak menghafal Alquran. Karena memang perkataan itu benar, tidak ada salahnya. 

Sama halnya dengan nasihat-nasihat lain. Banyak orang yang menasihati suatu kebaikan, tapi tidak mereka lakukan bukan berarti kita pantas menghujatnya. Adakalanya pula, seseorang melakukan suatu kesalahan, padahal orang itu pernah menasihati untuk tidak melakukan kesalahan itu.

Karena ada seorang ahli hikmah berkata:

يقول أحد الحكماء: قد ينصحك شخص بأمر وهو لايفعله، ليس فيه متناقض، بل ربما تمنى لك الخير في أمر لم يستطيع فعله

“Kadang ada seseorang yang memberimu suatu nasihat, namun orang itu sendiri tidak mengerjakannya. Sebenarnya ini bukanlah hal yang saling bertolak belakang. Namun bisa jadi orang itu berharap engkau memperoleh kebaikan dalam perkara yang belum sanggup ia lakukan.”

Jangan menarik kesimpulan tentang seseorang atau sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja. Jika ada seseorang yang terlihat buruk penampilannya, bukan berarti seseorang itu memiliki kepribadian yang buruk pula. Begitu juga ketika ada seseorang yang memberi nasihat kebaikan namun ia sendiri belum mengerjakannya, bukan berarti kita boleh menghujatnya.

Perlu diketahui bahwa, ketika kita mengetahui kesalahan orang lain, sudah seharusnya kita tidak memandangnya dengan sebelah mata. Maka yang seharusnya kita lakukan adalah pertama, ingat kebaikan orang itu kepada kita dan ingat keburukan kita terhadapnya. Walau sekecil apapun kebaikan yang dilakukan seseorang terhadap kita, harus selalu kita ingat kebaikannya agar senantiasa selalu menjadi orang yang mudah berterima kasih terhadap kebaikan seseorang, serta keburukan yang kita lakukan pada seseorang itu senantiasa menjadi pengingat bahwa manusia tempatnya salah.

Sebelum kita menilai suatu keburukan yang dilakukan orang lain terhadap kita, terlebih dahulu kita selalu mengingat keburukan apa saja yang pernah kita perbuat pada seseorang, lantas tidak menjadikan kita memandang seseorang itu buruk.

Kedua, lupakan kebaikan kita kepada orang lain dan lupakan keburukan orang lain kepada kita. Maksudnya, setiap kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain agar tidak ada rasa harap untuk mendapatkan balasan dan sudah sepatutnya melupakan setiap keburukan yang seseorang lakukan dan jangan pernah berniat membalas keburukan tersebut.

Peribahasa ‘Don’t Judge a Book by Its Cover’ juga mengartikan bahwa hanya Allah Yang Maha Mengetahui segala niat baik seseorang. Bukan mereka yang terlihat cantik atau tampan, kaya atau miskin, namun seperti yang terdapat dalam QS: Al-Hujurat:49/13, sebagai berikut:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan hamba-Nya untuk saling mengenal, dari berbagai suku dan bangsa yang ada. Namun, di ayat tersebut juga menyatakan bahwa ‘yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.’ Dan hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui siapa saja hamba-Nya yang bertakwa.

Baca Juga: Dalam Pergerakan Terdapat Keberkahan

Dikisahkan pula, ada seorang lelaki pernah berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “Apakah seseorang itu tetap bertahan terus sampai dia sempurna, kemudian baru mendakwahi manusia?” Imam Hanbal menjawab, “Siapakah orang yang sempurna? Tetaplah berdakwah kepada manusia.”

Kesimpulannya, jika nasihat itu benar, maka tidak ada salahnya mengambil kebaikan darinya, dan boleh jadi seseorang itu menasehati tentang sesuatu yang tidak mampu dilakukannya sedangkan orang lain mampu. Maka sudah pasti ‘Cover’ bukanlah penentu baik-buruknya seseorang.

Semoga kita senantiasa bermuhasabah diri sebelum menilai seseorang itu buruk, tidak mudah memandang seseorang hanya dari luarnya saja. Semoga kita semakin bertakwa, Amin.

Wallahu A’lam bisshawaab.

Editor: Ust. Ali Fitriana Rahmat, M.Ag