Depok, walisongoonline – Minggu, 18 Desember 2022, bertepatan dengan tiga tahun wafatnya Gus Hilman Wadjdi – putra ketiga dari Almarhum Abah Hasyim Muzadi. Pukul 05.30 Pesantren Al-Hikam menyelenggarakan khataman Al-Qur’an, tahlil dan do’a bersama di makam Abah Hasyim Muzadi. Semua santri baik STKQ Putra dan Putri, serta Pesma dan Pesmi, turut hadir.
Kegiatan diawali dengan pembacaan muqaddam. Dilanjut dengan tahlil yang dipimpin oleh Ustaz Adib Minanul Cholik, serta pembacaan do’a yang dipimpin oleh Ustaz Hilmi Ash-Shidqi.
Dalam kesempatan ini, Ustaz Arif Zamhari turut menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para asatiz dan santri yang berkenan hadir dan mendo’akan.
“Saya di sini mewakili keluarga, pertama-tama mengucapkan rasa syukur terima kasih, atas keikhlasan para jamaah yang telah mendoakan untuk almarhum adik kami, ustaz Hilman Wadjdi, dan orang tua kami, Abah K.H. Hasyim Muzadi. Sebagai wakil dari keluarga, saya juga memohon maaf, barangkali ada kekurangan dalam pelaksanaan acara ini,” ungkap ustadz Arif.
Ustaz Arif sedikit menceritakan, bahwa almarhum Ustaz Hilman Wajdi adalah sosok ustaz yang sangat dekat dengan santri. Beliau orang yang tegas, namun hatinya sangat penuh kasih. Almarhum biasa mengajak santrinya untuk minum kopi bersama, mengobrol, dan berdiskusi.
“Inilah yang menjadikan beliau sangat disegani di kalangan santri-santri. Kalau kalian lihat wajahnya, itu wajahnya kayak serius gitu, tapi nggak sebetulnya. Orangnya humoris sama kayak Abah Hasyim,” tutur beliau.

Ustaz Arif juga menyampaikan bahwa kedua almarhum ini adalah orang yang telah memberikan waktunya, hidupnya, dan hartanya untuk umat. Kita mungkin tidak akan percaya sewaktu abah wafat, yang tertinggal uang di ATM-nya sangat minim. “Orang-orang akan berpikir, ‘Lah, masa sosok beliau ketua PBNU dua periode, orang nomor satu di NU, ketua organisasi Islam International Conference of Islamic Scholars, ATM-nya cuma satu digit?’
Baca juga: Mengenang Sosok Gus Hilman Wajdi, Penerus Misi KH Hasyim Muzadi
Namun, perlu kita ketahui bahwa peninggalan Abah Hasyim yang ada di pesantren ini tak ternilai harganya. Mulai dari tanah, dan semua gedung yang ada lebih dari tiga digit. Peninggalan yang beliau tinggalkan lebih banyak daripada materi yang beliau miliki sendiri yang ada di ATM.
Maksud dari berlangsungnya runtutan acara khataman Al-Qur’an, tahlil, dan do’a ini tidak lain karena untuk mengingat-ingat jasa dan kebaikan almarhum Abah Hasyim Muzadi dan Ustaz Hilman Wajdji dalam memperjuangkan agama Islam, dalam mendidik umat, mencerdaskan umat sampai beliau wafat. Maka dari itu, perlu bagi seluruh santri Al-Hikam, baik yang di Malang dan khususnya di Al-Hikam Depok untuk meneladaninya. Hanya dengan cara itulah Allah mencatat apa yang kita lakukan dari bekas-bekas yang kita tinggalkan.
Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Yaasin ayat dua belas, yang berbunyi:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ
“Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz).”
“Jadi yang dicatat itu Maa Qaddamuu apa yang telah kita kerjakan dan Atsar, bekas-bekas yang ditinggalkan. Nah kita bekasnya apa, bekas apa yang sudah kita tinggalkan di dunia ini sehingga Allah bisa mencatatnya? Kalau kita nggak punya harta, kita bisa bantu dengan tenaga. Jika nggak membantu dengan tanaga, bisa membantu dengan pikiran. Kalau nggak bantu dengan pikiran juga, ya yang paling lemah itu bantu dengan doa,” jelas ustaz Arif menasihati.
“Maksud dari hadirnya kita di sini, dalam acara haul seperti ini, ya untuk mengenang kebaikan almarhum, serta mengirimkan khataman Al-Qur’an. Bukan berarti menyembah kuburan. Katanya kita kayak gini itu sedang menyembah kuburan, kata orang sebelah.” guyon beliau mengakhiri pembicaraan.
Kegiatan dilanjut dengan Gus Yusron yang turut menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para asatiz dan santri.
Gus Yusron juga sedikit bercerita mengenai Abah Hasyim. Almarhum pernah menyampaikan sebenarnya Allah sedang membenahi masalah-masalah kita ketika kita memberesi masalah orang lain. Kita memberesi masalah kita supaya tidak membebani orang lain, tapi jangan lupa ikut membantu memberesi masalah orang lain.
“Orang yang berjiwa besar adalah orang bisa menyelesaikan masalah sendiri, tapi juga tahu bahwa di dalam masalahnya juga ada yang harus dibantu orang lain. Jadi, Masalah itu kan, ada dua. Masalah yang bisa diselesaikan sendiri, dan ada yang tidak. Masalah yang tidak bisa kita selesaikan sendiri itu butuh uluran tangan orang lain. Karena kita masih butuh uluran tangan orang lain, orang lain juga butuh uluran tangan kita,” tutur Gus Yusron.
Pesan Gus Hilman Sebelum Wafat
Gus Yusron mengungkapkan bahwa Abah Hasyim adalah sosok yang pantas menjadi contoh. Mengerti masalah mana yang harus diselesaikan sendiri, mana yang harus di share dengan orang lain. “Ini juga diperkuat oleh statusnya mas Hilman Wajdji sebelum beliau wafat. ‘Kelebihanmu adalah kekuranganmu, dan kekuranganmu adalah kelebihanmu. Mengapa kamu tidak membagi kelebihanmu untuk membagi kekuranganmu?”
Gus Yusron menjelaskan, ketika kita memiliki kelebihan, itu sebenarnya juga menjadi bagian dari kekurangan kita. Karena kita mempunyai potensi itu, rawan untuk orang iri. Karena sebenarnya ada sisi kelebihan dan kekurangannya juga. Ketika kita bisa memasak, bisa mengaji, itu kadang bisa di-eksploitasi orang lain. Jika ada orang-orang yang terlalu baik, maka seringkali dimanfaatkan oleh orang lain.
Baca juga: Catatan Haul ke-5 K.H. Ahmad Hasyim Muzadi
“Begitu pula sebaliknya. Kalau kita punya kekurangan di satu hal, nanti Allah kirimkan orang yang bantu kita di kekurangan itu. Sebanyak orang yang membagi kelebihannya untuk orang lain, Allah akan putarkan orang lain untuk membagi kelebihannya. Maka kita ini hidup bersama orang itu harus take and give,” kata Gus Yusron menjelaskan.
“Sekali lagi terima kasih. Sebagaimana abah terakhir mengatakan, ‘saya titip pondok ini.’ Itu artinya, bahwa yang diharapkan ialah santri, para ustadz, karyawan, keluarga, semua dititipkan pondok oleh abah Hasyim. Semoga hidup dan matinya kita ini untuk pondok. Maka marilah sama-sama kita rawat, kita jaga, kita kembangkan, kita manfaatkan, kita lestarikan pesantren Al-Hikam, khususnya yang di Depok. Saya juga titip sebagaimana menitip,” Gus Yusron mengakhri pembicaraannya.
