Tidak terasa, sebentar lagi kita akan menyambut bulan suci Ramadan. Bulan penuh kemenangan yang ditunggu umat Islam hampir satu tahun penuh. Hari-hari ramadan adalah saat-saat terbaik untuk bersuka cita dengan serangkaian ibadah, pembebasan umat Islam dari godaan setan dan kesempatan beramal saleh sebanyak-banyaknya. Namun, dalam kenyataannya, apakah kita benar-benar menanti kedatangan Ramadan? Persiapan apa yang kita lakukan dalam menantinya? Dan apakah kita benar-benar menikmati peluang menjalankan ibadah lebih di bulan suci tersebut?
Bulan Ramadan identik dengan kata “suci” dan “bersih” dalam setiap momen dan pembahasannya, tak terkecuali terkait diri seorang Muslim. Memiliki hati yang bersih akan memudahkan kita menerima kesucian Ramadan dan melangkah bahagia bersamanya. Hati sebagai pusat “metabolisme” atas keimanan dan ketakwaan menjadi hal terpenting dalam diri manusia. Sebagaimana seorang pemimpin, hati mengarahkan tubuh kita untuk bereaksi terhadap kehidupan spiritual manusia, di mana kualitas spiritual ini akan secara langsung turut mempengaruhi tindak sosial seseorang dalam berbagai sikap dan pemikiran.
إنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وهِيَ القَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabila gumpalan itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah gumpalan itu adalah hati” (hadits ini disepakati kesahihannya oleh semua ahli hadits).
Membersihkan hati dapat dilakukan dengan melatih diri agar selalu dekat dengan amal saleh dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi kemaksiatan dan dosa. Terlebih saat ini kita sedang berada di salah satu bulan haramnya Allah yang tidak diragukan lagi kemuliaannya, yaitu bulan Rajab.
Baca juga: Ceramah KH.Hasyim Muzadi: 3 Hal Dalam Puasa
Rajab ibarat pintu gerbang menuju cahaya abadi. Ia sebagai bulan pembuka dan waktu yang paling tepat bagi umat Islam untuk membersihkan hati dan mempersiapkan diri memasuki dua bulan suci selanjutnya yang juga sangat mulia, yaitu bulan Syakban dan bulan Ramadan. Allah juga menegaskan bahwa setiap malam dalam bulan Rajab adalah malam milik Allah. Penisbatan langsung kepada Allah ini menunjukkan betapa agung dan mulianya bulan Rajab. Rasulullah saw bersabda,
شَهْرُ رَجَبَ شَهْرُ الله تُضَاعَفُ فِيْهِ الْحَسَنَاتُ وَتُسْتَجَابُ فِيْهِ الدَّعَوَاتُ وَيُفَرَّجُ عَنْ الْكُرْبَاتِ لَا يُرَدُّ فِيْهِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ دَعْوَةٌ فَمَنْ اِكْتَسَبَ فِيْهِ خَيْراً ضُوْعِفَ لَهُ فِيْهِ أَضْعَافاً مُضَاعَفَةً
Artinya, “Bulan Rajab adalah bulan Allah, kebaikan dilipatgandakan di dalamnya, doa-doa diterima, kesusahan dihilangkan, dan tidak ada doa yang tertolak dari orang beriman. Barangsiapa yang melakukan kebaikan di dalamnya, maka (pahalanya) akan dilipatgandakan dengan berlipat-lipat.”
Oleh karenanya, momentum ini menjadi kesempatan emas untuk umat Islam memurnikan dan membersihkan hati sebelum datangnya bulan Ramadan. Habib Zain bin Smith menerangkan 3 bulan kedepan dari sejak bulan Rajab adalah perumpamaan rangkuman dari pengamalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Takhalli yang berarti membersihkan diri dari dosa-dosa yang tak lain dilakukan pada bulan Rajab. Tahalli yang merupakan tahapan untuk menghiasi diri dengan amalan-amalan saleh yang dilakukan pada bulan Syakban. Tajalli yang berarti penghayatan rasa ke Allah an dengan perasaan nikmat bersanding dengan sebaik-baik kekasih, Allah As-Shomad pada bulan puncak kemuliaan, bulan Ramadan.
Membersihkan Diri sebelum Ramadan Tiba
Ibarat perjalanan “pengantin” menuju hari H nya, perumpamaan dari Habib Zain bin Smith inilah waktu terbaik untuk menyiapkan momen terbaiknya. Melalui Rajab tempatnya bersih-bersih diri, Syakban waktunya menghias diri, dan Ramadan saat yang paling ditunggu untuk bersanding dengan kekasih yang paling dicintai.
Pembersihan diri di bulan Rajab bisa dimulai dengan membentuk komitmen meninggalkan keburukan dan dosa, baik kecil maupun besar. Seperti menahan amarah, mudah memaafkan, menyingkirkan penyakit hati seperti iri, dengki, prasangka buruk, riya, dan lainnya. Rajab menjadi waktu terbaik untuk mengupayakan taubat menyesali dosa-dosa dan keburukan yang telah kita lakukan tersebut. Karena Allah pada bulan ini menuangkan ampunan yang sangat besar, bak air bah yang mengalir deras dari langit dan “bah”nya adalah seluruh rahmat dan kasih sayang.
Pembersihan hati juga sangat dipengaruhi dengan seberapa banyak kita mengingat Allah. Hal ini dapat dibentuk melalui wirid-wirid yang kita latih lebih panjang, istigfar lebih serius, puasa lebih banyak, dan menambahkan ibadah yg tidak biasa kita lakukan di hari-hari sebelumnya. Para ulama di hari-hari Rajab biasanya akan menambahkan ibadah mereka berkali-kali lipat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Seperti misalnya shalat witir. Pada hari-hari biasa, mereka istiqomah mengamalkan 3 rakaat salat witir. Namun, pada bulan Rajab para imam akan mulai berlatih melaksanakan 11 rakaat ditambah salat-salat sunah lainnya untuk menghidupkan malam Rajab.
Dengan hal ini tubuh akan dilatih untuk menjalani tirakat sehingga ketika datang waktu Syakban, lelahnya ibadah sudah tidak terasa karena kebiasaan yang dibangun, dan lebih-lebih pada bulan Ramadan ibadah bukan lagi menjadi sesuatu yang dipaksakan, melainkan nikmat yang benar-benar dirindukan setiap harinya.
Bulan Rajab juga akrab dinamai sebagai bulan menanam kebaikan. Imam Abu Bakar al-Warraq al-Balkhi rahimahullah, yang merupakan paman Imam Tirmidzi berkata :
شَهْرُ رَجَبٍَ شَهْرُ الزَّرْعِ وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ
“Bulan Rajab adalah bulan (saatnya) menanam. Bulan Syakban adalah bulan (saatnya) mengairi / menyiram tanaman dan bulan Ramadan adalah bulan (saatnya) memanen / menuai hasil.”
Maka jika kita tidak menanam apapun, kita juga tidak akan bisa merawat dan memanen apapun di Syakban dan Ramadan nanti. Oleh karenanya, tanamlah segala kebaikan yang kita mampu pada bulan Rajab yang mulia ini.
Sebaik-baik persiapan adalah membiasakan diri dalam pengawasan Allah. Dengan pembersihan hati, seseorang akan lebih awas terhadap dosa-dosa kecil yang sering diremehkan. Hati yang bersih juga menjadikan seseorang lebih mudah menerima kebaikan dan ilmu sehingga dasar kebiasaan baik dapat dibangun dengan lebih ringan.
Bulan suci sama seperti tempat suci, kita selalu dianjurkan untuk menjaga kesucian ketika memasuki tempat suci seperti masjid dan menjadi lebih sadar untuk menjaga perbuatan kita. Demikian juga pada bulan suci Ramadan, kita harus mengusahakan diri untuk memasukinya dalam keadaan suci, dan berusaha untuk menjaga kesucian itu dimulai dari sekarang. Seperti doa yang dicontohkan Nabi (saw) :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Syakban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.”
Semoga kita semua sampai pada bulan impian umat, bulan Ramadan, dengan hati yang bersih dan suci serta mendapatkan sebaik-baik kenikmatan ibadah didalamnya. Wallahu a’lam.
Referensi :
Faruqui, Safa. 2021. The Benefits and Virtues of Rajab, the Month of Allah.
https://www.nu.or.id/topik/read/17/amalan-amalan-bulan-rajab