Menelusuri Nilai-Nilai Islam di Era Society 5.0 Serta Dampaknya


walisongoonline.com – Dalam era society 5.0, kemajuan teknologi menjadi pendorong utama bagi transformasi masyarakat yang mana perkembangan teknologi yang semakin canggih menghadirkan tantangan bagi individu dan komunitas untuk tetap melek dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Era ini tidak hanya memberikan dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, tetapi juga memacu manusia untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman terhadap perkembangan teknologi.

Kemajuan teknologi tidak hanya terbatas pada aspek efisiensi dan produktivitas, melainkan juga membawa konsep baru tentang pengalaman dalam ruang maya. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi katalisator yang mampu mengubah paradigma global, menjadikan pengaksesan informasi terasa seperti menghadiri peristiwa di ruang fisik.

Dalam konteks ini, perspektif agama juga turut memainkan peran penting. Dalam Islam, perkembangan teknologi dipandang sebagai potensi untuk mendukung dan menyebarkan nilai-nilai keagamaan. Dukungan ini tercermin dalam QS. Al-Hadid ayat 25 yang menyoroti peran penting rasul-rasul dalam membawa bukti-bukti nyata, Alkitab, dan neraca (keadilan). Bahkan, dalam ayat tersebut, penciptaan besi dinyatakan sebagai bukti kekuatan dan manfaat bagi manusia, termasuk dalam dunia teknologi.

Baca Juga: Jokowi Minta Jangan Takut AI: Mesin Punya Chip, Manusia Punya Hati

Kemajuan teknologi di era society 5.0 memaksa masyarakat untuk menjadi melek dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dalam konteks ini, teknologi telah membantu manusia meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kenyamanan dalam berbagai aktivitas. Lebih dari itu, pergeseran ini mengubah ruang global menjadi lebih terhubung, menciptakan pengalaman maya yang mirip dengan ruang fisik berkat kecerdasan buatan.

Menurut Investopedia, Artificial Intelligence (AI) adalah rekayasa teknologi yang memungkinkan sistem komputer dan perangkat lunak untuk “berpikir” seperti manusia dan meniru tindakan mereka. Hal menarik adalah bahwa Islam mendukung perkembangan teknologi tanpa batasan. Dalam QS. Al-Hadid ayat 25 dinyatakan bahwa Allah mengutus rasul-rasul-Nya dengan membawa bukti-bukti nyata, Alkitab, dan neraca (keadilan), serta menciptakan besi dengan kekuatan dan manfaat yang besar bagi manusia.

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَأَنزَلْنَا ٱلْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلْغَيْبِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa ayat tersebut menyampaikan bahwasanya Allah menciptakan besi sebagai benda yang banyak manfaatnya bagi manusia. Lebih lanjut, penggunaan besi yang paling diridai Allah adalah bila digunakan untuk kemaslahatan manusia, bukan sebaliknya (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), hal. 696). Sementara dalam tafsir Al-Azhar, Hamka menjelaskan bahwa ayat mengenai besi mengisyaratkan bahwa Allah tidak menghalangi teknologi, bahkan menjelaskan manfaat besi yang melibatkan teknologi. (Hamka, Juz 9, 1989: 7192).

Meskipun Islam telah mendukung perkembangan teknologi sebagai ajang dakwah dalam syiar Islam lebih luas. Akan tetapi, perlu ditekankan bahwa umat muslim, utamanya para pemuda harus bisa menaikkan keterampilan dalam mengoperasikannya, sehingga mereka mampu menguasainya secara maksimal. Dengan begitu, tidak akan terjadi bias dalam pengelolaan data informasi terlebih menyangkut ajaran Islam. Walhasil, syiar Islam bisa semakin digencarkan dengan baik dan benar. Bahkan pernyataan serupa pernah disampaikan oleh K.H. Muhammad Cholil Nafis sebagai Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah dalam sambutannya. Yakni sudah saatnya para dai mengetahui dan dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan modern, termasuk AI. Hal ini, diharapkan agar para dai dapat menanggulangi dampak negatif AI, sekaligus memanfaatkan AI sebagai strategi dakwah yang efektif.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan teknologi harus seimbang. Ketidakseimbangan dapat berdampak pada kecanduan internet, tingkat percaya diri yang berlebihan, harga diri yang tinggi, keterbukaan yang berlebihan, fleksibilitas yang berlebihan, toleransi terhadap perubahan, serta peningkatan tingkat pendidikan dan pengetahuan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Terlebih dalam aspek agama, ini akan mengurangi otoritas dan peran ulama, kiai, dan tokoh agama lainnya dalam menyebarkan agama.