Depok, walisongoonline – Salah satu tujuan ziarah Arbain adalah untuk silatu ar- ruhi dan menyambung sanad keilmuan kepada para ulama Al-Qur’an dan penyebar Islam di Jawa Barat.
Para ulama tersebut merupakan waliyullah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dijelaskan terkait biografi dan letak makamnya secara sekilas.
1. Syekh Hasanuddin bin Yusuf (Syekh Quro), Karawang

Syekh Hasanuddin atau dikenal juga dengan Syekh Quro merupakan seorang ulama yang pertama kali mendirikan pesantren di Jawa Barat.
Sebagaimana dilansir dari peci.hitam bahwa pesantren pertama kali di Jawa Barat adalah pesantren Syekh Quro.
Nama pesantren ini dinisbahkan kepada nama pendirinya yaitu Syekh Quro. Pesantren ini didirikan pada tahun 1418 Masehi atau 1340 Saka.
Beliau dikenal dengan sebutan Syekh Quro karena beliau adalah seorang penghafal Al-Quran (hafidz). Bahkan dalam penyebaran dakwahnya beliau menekankan pentingnya mempelajari Al-Qur’an.
Adapun terkait letak makam beliau terdapat beberapa versi pendapat. Salah satu diantaranya bahwa makam beliau berada di masjid Syekh Qura atau masjid Agung Karawang.
2. Kiai Arsyad, Indramayu

Kiai Arsyad adalah keturunan dari kerajaan Demak dan keturunan ulama masyhur di Karawang yaitu Syekh Quro.
Dalam perjalan keilmuannya, beliau pernah belajar di Babakan Cirebon dan Bangkalan Madura.
Kiai Arsyad dalam melakukan dakwah atau syiar Islam khususnya di Desa Kaplongan dilakukan melalui cara damai, sabar, dan tidak memaksa.
Beliau juga dipandang sebagai kiai sepuh NU yang sakti mandraguna dengan penguasaan ilmu hikmah yang sangat luar biasa.
Adapun makam beliau terletak di samping Pondok Pesantren Darul Ma’rif Kaplongan, Indramayu.
3. Sunan Gunung Jati, Cirebon

Sunan Gunung Jati memiliki nama lengkap Syarif Hidayatullah. Beliau lahir pada tahun 1448 Masehi dari pasangan Nyai Rara Santang dan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim.
Sejak kecil, sudah tampak kecerdasan dan ketekunannya dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya dalam menuntut ilmu agama, Syarif Hidayatullah mengembara ilmu di berbagai negara.
Di Mekah, Syarif Hidayatullah berguru kepada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Kemudian di Mesir beliau belajar kepada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, seorang ulama bermadzhab Syafi’i sekaligus mempelajari tasawuf tarekat Syadziliyah.
Syekh Ataillah inilah kemudian mengarahkan Sunan Gunung Jati untuk pulang ke Nusantara berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh.
Beliau diperkirakan wafat pada tahun 1568 M. Makamnya terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Cirebon Utara.
4. Syekh Panjalu, Ciamis

Dilansir dari liputan9.id bahwa Syekh Panjalu menurut Gus Dur adalah Prabu Hariang Kencana atau Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar.
Syeikh Panjalu atau juga biasa disebut Mbah Panjalu adalah seorang Ulama penyebar agama Islam di sekitar wilayah Ciamis, Jawa Barat.
Konon dikabarkan bahwa makam ini ditemukan oleh Gus Dur. Menurut ceritanya, pada sekitar awal tahun 90 an, Gus Dur pernah bermimpi agar ia menziarahi sebuah makam yang berada ditengah nusa atau semacam pulau dan ia diminta untuk datang pada tengah malam dan membaca istighfar sebanyak seribu kali.
Setelah mencari informasi dan menelusurinya, ternyata makam yang dimaksud adalah makam Syekh Panjalu yang lokasinya berada di pulau Nusa Gede, di tengah Situ Lengkong ini.
Sebelum Gus Dur mendatangi makam itu, keberadaannya hanya dikenal di lingkungan sekitar saja.
Setelah Gus Dur memperkenalkan kepada masyarakat bahwa yang dimakamkan di sana adalah seorang Wali, tempat ini pun akhirnya menjadi ramai dikunjungi oleh para peziarah.
Baca Juga : Ziarah Arbain 2024, Kunjungi Para Wali Se Jawa Barat
5. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, Tasikmalaya

Mengutip dari NU.Online Jabar bahwa Abdul Muhyi dilahirkan pada tahun 1650 di Mataram. Namun Mataram di sini ada yang berpendapat Mataram daerah Lombok. Pendapat lain menyebutnya Mataram adalah sebuah kerajaan Islam.
Beliau dilahirkan dari keturanan bangsawan. Ayahnya bernama Sembah Lebe Wartakusumah seorang bangsawan Sunda keturunan Raja Galuh Pajajaran. Sedangkan Ibunya bernama Raden Ajeng Tangan Ziah, keturunan bangsawan Mataram yang berjalur sampai ke Syaikh Ainui Yaqin.
Pada usia mudanya, Abdul Muhyi belajar di Ampel Denta untuk mendaras berbagai disiplin keilmuan pesantren.
Selain itu beliau juga pernah berguru kepada Tengku Syiah Kuala atau Syaikh Abdur Ra’uf as-Singkili seorang guru besar pemilik Tareqat Syattariyah.
Beliau juga pernah bertemu dengan Syekh Yusuf Al-Makassari, saat Syekh Abdul Muhyi berada di Mekah.
Syekh Abduh Muhyi wafat pada tahun 1730 M atau 1151 H dalam usia 80 tahun. Pemakaman beliau berada di Pamijahan, Bantar Kalong, Tasikmalaya.
6. K.H. Ilyas Ruhiyat, Cipasung

Kiai atau Ajengan dalam sebutan ulama Sunda, bahwa Ajengan Ilyas Ruhiat adalah seorang ulama NU yang lahir di Cipasung, Tasikmalaya pada tanggal 31 Januari 1934.
Beliau adalah pengasuh kedua Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Ayah beliau adalah seorang ulama besar Kiai Haji Ruhiat dan ibunya bernama Hj Aisyah.
Dikutip dari Republika bahwa Ajengan Ilyas memiliki prinsip hidup untuk selalu mengabdi dan berjuang lewat organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Ajengan Ilyas memulai kariernya di organisasi NU sejak tahun 1954 dengan terpilih sebagai Ketua NU Cabang Tasikmalaya.
Saat itu pun ia merangkap sebagai Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Barat.
Kemudian pada tahun 1985 hingga 1989, beliau terpilih sebagai Wakil Rois Syuriah NU Jawa Barat.
Beliau meninggal pada tanggal 18 Desember 2007 dan dimakamkan di Pondok Pesantren Cipasung.
7. Syekh Sunan Rahmat, Garut

Syekh Sunan Rohmat Suci atau yang masyhur Prabu Kian Santang adalah salah seorang putra keturunan Raja Pajajaran yang bernama Prabu Siliwangi dan ibunya bernama Dewi Kumala Wangi.
Dilansir dari laduni.id, Prabu Kian Santang lahir pada tahun 1315 Masehi di Pajajaran yang sekarang Kota Bogor.
Sejak kecil hingga dewasa, tidak ada seorangpun yang bisa menandingi kehebatan beliau.
Akhirnya beliau meminta kepada ayahnya untuk dipertemukan dengan seseorang yang lebih hebat darinya.
Singkat kisah, dipertemukanlah Prabu Kian Santang dengan seorang kakek yang mengabarkannya bahwa seorang gagah yang mampu menandingi dirinya bernama Syech Ali Murtadho tinggal di Mekah.
Syech Ali Murtadho inilah yang nantinya menjadi wasilah bagi Prabu Kian Santang untuk memeluk agama Islam.
Setelah itu, Prabu Kian Santang memperdalam ilmu agamanya di Mekah. Kurang lebih 9 tahun bermukim dan mempelajari agama Islam di Mekah, kemudian kembali ke Tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
Beliau wafat pada tahun 1419 M atau tahun 849 H. Dan dimakamkan di tempat yang sampai sekarang dinamakan Makam Sunan Rohmat Suci atau Makam Karamat Godog.
Informasi mengenai keberadaan makam Godog sebagai makam Kian Santang terdapat dalam beberapa naskah Sunda Lama, di antaranya Babad Godog, Babad Pasundan, dan Wawacan Prabu Kian Santang Aji.
8. Syekh Muhammad Ja’far Shidiq, Garut

Dikutip dalam NU.Online bahwa Syekh Muhammad Ja’far Shidiq Cibiuk ini adalah putera Kyai Mas Mas’ud Dipakusumah dan merupakan generasi ke-8 dari Sunan Pancer Limbangan.
Beliau adalah salah satu tokoh penyebar Islam di Garut, Jawa Barat. Konon, beliau seperjuangan dan bersahabat baik dengan Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan.
Karena jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam serta perkembangan kehidupan masyarakat Garut, makamnya tidak pernah sepi dari peziarah.
Makam Syekh Jafar atau lebih dikenal dengan sebagai Mbah Wali Cibiuk terletak di kaki Gunung Haruman Desa Cipareuan, Kec. Cibiuk, Kabupaten Garut.
Demikian, itulah beberapa biografi sekilas para waliyullah, semoga kita mendapatkan keberkahan beliau. Amin ya rabbal ‘alamin