Kiai Hilmi Jelaskan Keutamaan dan Amalan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Depok, walisongoonline.com  – Salah satu tempat rutinitas Kiai Hilmi menyampaikan pengajian bulanan adalah di Majelis Dzikir at-Taubah. Pengajian bulan ini berlangsung di Palakali, 10 Juni 2024. Dalam pengajian kali ini, Kiai Hilmi menyampaikan pesan penting tentang keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Dalam tausiahnya, Kiai Hilmi menjelaskan bahwa sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah waktu yang sangat agung dan mulia. Oleh karena itu bulan mulia ini hendaknya diisi dengan amal kebaikakan.

“Hari-hari ini diisi dengan kemuliaan yang diwujudkan melalui amal sholeh. Setiap Muslim dianjurkan untuk melakukan amal sholeh sesuai dengan kemampuan masing-masing,” ujar Kiai Hilmi.

Amal Sholeh di Bulan Dzulhijjah

Kiai Hilmi menekankan bahwa bagi yang tidak dapat melaksanakan ibadah haji, masih banyak amal sholeh lain yang dapat dilakukan, seperti berpuasa, berdzikir, bersedekah, dan melakukan berbagai kebaikan lainnya.

“Hal terpenting adalah niat yang ikhlas dalam setiap amal tersebut,” tambahnya.

Kehidupan yang Berkah dan Baik

Beliau juga mengingatkan pentingnya memperoleh kehidupan yang diberkahi, yang dikenal sebagai hayatin toyyibah.

“Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu untuk beribadah kepada Allah,” jelas Kiai Hilmi.

Kehidupan yang diberkahi dipenuhi dengan amal sholeh dan hubungan yang baik dengan Allah serta sesama manusia.

Baca Juga: Keutamaan dan Amalan Bulan Dzulhijjah

Pentingnya Hablum Minallah dan Hablumminannas

Kiai Hilmi menyoroti dua momentum penting dalam proses ibadah selama Dzulhijjah:

  1. Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah merupakan puncak dari ibadah haji dan bentuk ketaatan kepada Allah. Di Arafah, jamaah haji berdzikir dan berdoa kepada Allah, menandakan hubungan erat antara hamba dan Tuhannya (hablun min Allah). Oleh karena itu dengan wukuf di Arafah kita memperat hubungan kita dengan Allah.

Adapun yang belum dapat kesempatan untuk melakasanakan wukuf di Arafah, hendaknya berdzikir dengan melaksanakan shalat. Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah berfirman

…وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

Kemudian terkait khusyuk atau tidaknya sholat yang dilaksanakan, kita harus tetap melaksanakan shalat. “Meskipun belum khusyuk, tetaplah melaksanakan sholat dan memperbanyak dzikir setelahnya,” pesan Kiai Hilmi.

  1. Ibadah Kurban

Beliau menjelaskan bahwa ibadah kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan. “Daging dan darahnya tidak sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari orang yang berkurbanlah yang sampai kepada-Nya,” kata Kiai Hilmi.

Kurban juga menunjukkan kebaikan kepada sesama, termasuk non-Muslim. Dan orang yang tidak mampu berkurban hendaknya medoakan orang yang berkurban dan menerima daging kurbannya dengan ikhlas. Hal ini menunjukkan pentingnya hablun min an-Nas. Dengan berkurban kita memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Begitupun sebaliknya, menerima daging kurban dengan ikhlas juga termasuk memperbaiki hubungan dengan sesama.

Amalan Berpahala Haji Mabrur

Kiai Hilmi mengingatkan pentingnya niat yang baik dalam setiap aktivitas.

“Ketika bangun tidur tanpa niat buruk kepada sesama, seseorang akan mendapatkan ampunan dari Allah. Jika bangun tidur berniat untuk membantu orang yang terzalimi, maka niat tersebut dihitung sebagai pahala seperti haji yang mabrur,” jelasnya.

Hal ini sebagaimana beliau kutip dalam Kitab Nashaihul Ibad:

من أصبح لا ينوي الظلم على أحد غفر له ما جنى ومن أصبح ينوى نصرة المظلوم وقضاء حاجة المسلم كانت له كأجر حجة مبرورة

Baca Juga: Mempersiapkan Diri Memasuki Bulan Zulhijah

Memperbanyak Istighfar dan Doa

Pada hari-hari Dzulhijjah, Kiai Hilmi menganjurkan untuk memperbanyak doa, terutama istighfar dan doa memohon ampunan. Doa yang diajarkan antara lain:

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Artinya: Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.

Kemudian untuk mendapatkan ridha Allah, kita harus ridha kepada-Nya terlebih dahulu. Kita nyatakan keridhaan kita kepada Allah, agama Islam, dan Nabi Muhammad dengan mengucapkan:

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا ، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ نبيا و رَسُولًا

Artinya: Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabi dan utusan.

Dengan memperbanyak doa, amal sholeh, dan menjaga niat yang baik, kita dapat meraih keberkahan hidup yang lebih besar dan mendekatkan diri kepada Allah di bulan Dzulhijjah yang penuh kemuliaan ini.