Kiai Hilmi Menjelaskan Program Tarassukh STKQ Kepada Peserta Daurah Mahad Aly As’adiyah

Depok, walisongoonline.com – Dalam kunjungan akademik dan kuliah umum Ma’had Aly As’adiyah Kiai Hilmi menjadi pemateri kedua dalam kesempatan tersebut. Kamis, 9 Agutus 2024 di selasar Masjid Al-Hikam.

Kiai Hilmi, yang juga merupakan penasehat STKQ menyampaikan bahwa program di STKQ yang bisa menjadi “oleh-oleh” untuk mahasantri dan mahasantriwati Mahad Aly As’adiyah adalah program Tarassukh.

“Selain proses pembelajaran, kuliah, dirosah, kami di STKQ khusunya, ada yang namanya proses tarassukh” ujar Kiai Hilmi

Tarassukh dalam kamus Ma’ani bermakna berakar dan teguh. Kata ini berasal dari Bahasa Arab dari akar kata tarassakha-yatarassakhu-tarassukhan.

Menurut Kiai Hilmi proses tarassukh adalah proses internalisasi. Kalau dalam pemaknaan Abah Hasyim Muzadi proses bagaimana seseorang dapat sejiwa dan menjiwai Al-Qur’an.

Oleh karena itu, Kiai Hilmi menyampaikan bahwa menjadi penting untuk disampaikan kepada para mahasantri yang ingin mendalami ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Sebab program tarassukh ini adalah upaya untuk mencapai keikhlasan.

Di STKQ Al-Hikam proses tarassukh ini dilakukan dengan berpuasa selama 40 hari. Pemilihan ibadah puasa dan jumlah 40 hari tentu memiliki alasan tersendiri.

Kiai Hilmi menjelaskan bahwa 40 hari dipilih karena dalam proses penciptaan manusia terdapat tahapan yang berlangsung selama 40 hari, yaitu dari nuthfah 40 hari (titik awal penciptaan), alaqah 40 hari (segumpal darah), dan mudghah 40 hari (segumpal daging). Demikian pula berdasarkan pengalaman Kiai Hilmi seringkali perubahan terjadi selama 40 hari.

Selain itu, 40 hari ini juga berlandaskan sabda Nabi Muhammad Saw

من أخلص لله أربعين صباحا اظهره الله ينابيع الحكمة من قلبه على لسانه


“Barangsiapa yang ikhlas karena Allah, selama empat puluh hari, maka Allah akan menampakkan sumber hikmah dari hatinya terhadap lisannya.”

Kemudian terkait ibadah puasa. Sebenarnya di dalam redaksi hadis tersebut tidak disebutkan ibadah puasa secara khusus. Dalam artian amalan apapun bisa dilakukan selama 40 hari. Baik itu ibadah sholat, sedekah, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Ziarah Arbain 2024: Berikut Biografi Para Wali yang Dikunjungi

Akan tetapi di STKQ dipilih ibadah puasa selama 40 hari. Karena menurut Kiai Hilmi ibadah puasa lebih mampu mendekatkan kepada keikhlasan.

Adapun proses pelakasanaannya dimulai 1 Rajab hingga 10 Sya’ban. Seluruh Mahasantri STKQ diwajibkan untuk mengikuti program ini setidaknya sekali dalam masa studi mereka.

Lebih lanjut Kiai Hilmi menjelaskan bahwa ada tiga tahapan penting untuk mencapai keikhlasan.

Pertama, Lisyariatillah
Mengupayakan agar segala tindakan kita sesuai dengan panduan Rasulullah. Untuk mencapai Lisyariatillah, kita harus mampu menzikirkan nafsu kita dengan memperbanyak istighfar agar nafsu kita bisa selaras dengan Al-Qur’an.

Kedua, Limardhatillah
Memohon agar segala ibadah kita diridhai oleh Allah. Caranya adalah dengan menzikirkan akal kita melalui memperbanyak sholawat guna meneladani Rasulullah. Salah satu sholalawat yang diajarkan Kiai Hilmi untuk pelajar Al-Qur’an adalah sholawat quraniyyah. Redaksinya sebagai berikut:

صَلَاةُ اللهِ وَالسَّلَامْ * عَلَى مَنْ أُوْحِيَ الْقُرْآنْ


Sholâtullâhi wa salâm ‘alâ man ûhiyal qur’an
Sholawat dan salam semoga atas Nabi, Yang diberi wahyu Al-Qur’an,

وَآلِ بَيْتِهِ الْكِرَامْ * وَصَحْبِهِ ذَوِي الْقُرْآنْ


Wa ahli baitihil kirôm wa shohbihi dzawîl qur-ãn
ahli bait yang mulia, Para sahabat ahli Al-Qur’an

Ketiga, Lillahi Ta’ala
Menjalani proses ibadah hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Yaitu dengan menzikirkan ruh melalui memperbanyak dzikir “Laa ilaaha illallah” dan dilanjutkan dengan”Lafdzul Jalalah” serta menutupnya dengan Asmaul Husna.

Dengan proses tarassukh ini, para mahasantri diharapkan mendapatkan pemahaman Al-Qur’an atas izin Allah SWT. Dan dapat sejiwa dan menjiwai Al-Qur’an. Sehingga mampu menyajikan Al-Qur’an di masyarakat.

Tidak hanya dengan ilmu alat, tapi juga dibarengi dengan pendekatan kepada Allah SWT. Pada hakikatmya Allah sudah dekat kepada kita, tapi sering kali kita tidak merasakan kedekatannya.

Foto bersama Mahasantri dan Asatidz Mahad Aly dengan Asatidz STKQ Al-Hikam

Kiai Hilmi berharap proses tarassukh ini bisa dilaksanakan juga di Mahad Aly As’adiyah Sengkang. Materi ditutup dengan bersama-sama membaca dzikir yang dipimpin langsung oleh Kiai Hilmi.