Depok, Walisongoonline.com –
Menjelang pemilihan gubernur dan walikota di Jawa Barat dan Depok, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan acara Goes To Campus. Acara ini dalam rangka sosialisasi pendidikan pemilih di Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an (STKQ) Al-Hikam.
Dalam acara tersebut, Ketua STKQ Dr Subur Wijaya sekaligus menjadi narasumber, menjelaskan sembilan prinsip berpolitik perspektif Al Qur’an. Menurutnya, kata politik dalam bahasa Arab disebut sebagai siyasah yang mana term ini tidak dijumpai dalam Nash Al Qur’an.
Sebaliknya, jika kita menggunakan term yang berkaitan dengan prinsip-prinsip berpolitik, Al-Qur’an telah banyak menyinggungnya. Oleh karena itu, relasi agama dan negara tidak boleh dihilangkan. Keduanya ibarat dua sisi mata uang.
“Negara kita Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila bukan negara sekuler juga bukan negara agama yang mendikotomi keduanya. Agama dan negara ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa saling dipisahkan,” papar ketua STKQ.
Baca Juga: STKQ Al-Hikam Gelar Kuliah Umum, Pemateri Ajak Santri Perkuat Jiwa Altruisme dan Cinta Tanah Air
Acara yang dilangsungkan pada Rabu, 30/10/2024 di Auditorium STKQ Al-Hikam turut dihadiri Ketua KPU Willy Sumarlin, David Hermawan dari KPU, Ketua Kaprodi Ustaz Adib Minanul Cholik, M.Ag., serta sejumlah 80 peserta yang terdiri dari asatiz, dan mahasiswa/i STKQ Al-Hikam.
Lebih jauh, Ustadz Subur Wijaya menjelaskan konsep berpolitik dalam perspektif Al Qur’an yang memuat sembilan prinsip dasar, diantaranya:
Pertama, Kekuasaan sebagai amanah, prinsip ini diterangkan dalam QS. An Nisa ayat 58 yang menekankan pentingnya menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya serta menetapkan suatu hukum dengan adil.
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Pengertian “amanat” dalam ayat ini, ialah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kemudian representasi dari amanah ialah adanya sifat keadilan. Sifat adil penguasa terhadap rakyat dalam bidang apa pun dengan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain di dalam pelaksanaan hukum. sebagaimana ditegaskan Allah dalam ayat ini.
وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ
… Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil…. (an-Nisā’/4:58).
Kedua, musyawarah. Sebagaimana yang telah tercantum dalam QS Ali Imran ayat 159 Al-Qur’an surah Āli ‘Imrān ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Dalam ayat tersebut, diperintahkan untuk selalu mengutamakan musyawarah dalam segala urusan penting, terlebih menyangkut kepentingan bersama.
Ketiga, Prinsip keadilan yang telah dijelaskan dalam QS. An-Nisā’ ayat 135
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Ayat tersebut menekankan bahwa keadilan itu harus dilakukan secara menyeluruh di tengah-tengah pergaulan masyarakat, baik yang menjalani itu rakyat biasa ataupun kepala negara, petani atau pedagang, anggota atau kepala rumah tangga. Allah menyerukan agar keadilan dan kesaksian itu dilaksanakan secara merata tanpa pandang bulu, baik yang disaksikan itu keluarganya sendiri ataupun orang lain, baik kaya ataupun miskin.
Menegakkan keadilan dan memberikan kesaksian yang benar sangat penting artinya, baik bagi orang-orang yang menjadi saksi ataupun bagi orang-orang yang diberi kesaksian. Itulah sebabnya, menegakkan keadilan atau memberikan persaksian yang benar itu, ditetapkan dan dimasukkan ke dalam rangkaian syariat Allah yang wajib dijalankan.
Keempat, persamaan dalam arti sama di mata hukum yakni hak dan kewajiban. Artinya kita tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain. Karena kita adalah satu bangsa Indonesia. Hal ini disinggung dalam QS. Ali Imran ayat 135
اَلَا تُقَاتِلُوْنَ قَوْمًا نَّكَثُوْٓا اَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوْا بِاِخْرَاجِ الرَّسُوْلِ وَهُمْ بَدَءُوْكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ اَتَخْشَوْنَهُمْ ۚفَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشَوْهُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Ayat ini menekankan bahwa kita itu sama di mata Allah. Di hadapan sang pencipta saja kita sama apalagi di mata para makhluk Allah. Oleh karena itu, kita wajib menunaikan hak dan kewajiban sebagai makhluk Allah juga sebagai warga negara Indonesia.
Kelima, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Prinsip ini tertuang dalam QS. Al-Isra ayat 70,
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
Ayat ini menyoroti hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup, hak untuk bebas dalam berkehendak, serta hak untuk hidup secara lebih layak. Allah sangat memuliakan cucu Adam sehingga Allah berikan ia hak-haknya sebagai manusia.
Keenam, pengadilan bebas yang disinyalir dari dialog Mu’adz bin Jabal dengan Rasulullah ketika akan diangkat menjadi hakim di Yaman. Dalam dialog tersebut Rasulullah bertanya kepada Mu’adz, mengenai landasan hukum suatu perkara jika di Nash Al Qur’an tidak ditemukan. Maka Mu’adz menjawab bahwa ia akan mengambil keputusan dari Sunnah nabi, jika masih belum ditemukan ia akan menggunakan ijtihadnya.
Baca Juga: Peringati HSN 2024, Pesantren Al-Hikam Depok Gelar Upacara Hari Santri
Ketujuh, perdamaian (QS. Ali Imran ayat 103)
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ.”
Pada ayat ini menjelaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan baik dalam bingkai keagamaan maupun kenegaraan sehingga membentuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Sebab dengan kita bercerai berai maka akan menimbulkan kelemahan yang bisa merongrong nilai-nilai keutuhan berbangsa dan bernegara.
Kedelapan, kesejahteraan. Disebutkan bahwa negeri yang baik adalah negeri yang nyaman, sentosa, dan murah rezeki, sedang Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Pengampun kepada siapa pun yang mau bertobat. Kesejahteraan akan tercapai jika tidak kerusakan di mana-mana, pemerataan berjalan, pemimpin yang amanah, serta keadilan pun ditegakkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ ayat 15
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
Kesembilan, ketaatan rakyat. Agar penetapan hukum dengan adil dapat dijalankan dengan baik, maka diperlukan ketaatan terhadap siapa penetap hukum itu. Ayat ini memerintahkan kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah, Rasullullah, kemudian kepada para pemimpin. Sebagaimana dijelaskan dalam Nash QS. An-Nisā’ ayat 59.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Selain menyampaikan sembilan nilai prinsip dalam berpolitik, Ustadz Subur juga mengulas geneologi pemikiran Ahmad Hasyim Muzadi tentang Islam moderat. Pemahaman Islam moderat ini berlandaskan konsep ‘Rahmatan lil ‘Alamin’, yang menyeimbangkan hubungan antara agama dan negara. Dalam pandangan tersebut, agama dan negara tidak diposisikan secara berhadapan, tetapi nilai-nilai substantif agama cukup diinternalisasikan dalam kehidupan bernegara