Manusia Spek Malaikat, Memang Ada?

Depok, walisongoonline – Menjadi makhluk yang rajin beribadah, malaikat senantiasa berbuat kebaikan dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela walau sedikit pun. Dalam Islam, malaikat dianggap sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah.

Lain halnya dengan iblis. Ia merupakan pemimpin setan yang memiliki sifat tercela. Jika malaikat selalu beribadah, iblis sebaliknya. Atas perintah Allah, iblis enggan bersujud pada Nabi Adam. Kemudian, iblis diciptakan untuk menyesatkan manusia, senantiasa mengajak keburukan dan menjauhkan diri dari Allah.

Tercipta sebagai salah satu di antara keduanya, Allah menjadikan manusia yang tercipta dari tanah memiliki sifat yang kadang taat kadang ingkar.

Tentu dalam menjalani kehidupan di dunia, sudah sepantasnya manusia berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan. Berhati-hati dalam bertindak, agar tidak melakukan perbuatan yang Allah murkai.

Dalam penerapannya, manusia yang senantiasa berbuat amal kebaikan, sering kali diistilahkan seperti malaikat.

“Manusia spek malaikat, nih!”

Setidaknya akan diuraikan terlebih dahulu, tiga spesifikasi malaikat yang telah kita ketahui:

  1. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah
  2. Malaikat tidak pernah makan, minum dan memiliki nafsu seperti manusia
  3. Malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah membangkang perintah-Nya

Pada nomor satu, manusia juga termasuk makhluk ciptaan Allah, sama dengan malaikat. Di nomor dua, tentu manusia tidak dapat dikatakan seperti malaikat. Karena manusia memiliki hawa nafsu. Rasa butuh untuk makan, minum dan lain sebagainya. Pada spesifikasi nomor tiga pun, manusia tidak termasuk bagian dari malaikat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, keimanan manusia sering kali naik turun, kadang taat, kadang berpotensi untuk melakukan perbuatan maksiat.

Lantas, apa yang menjadikan manusia dikatakan seperti spek malaikat?

Ini semua karena terlihatnya perbuatan manusia yang rajin beribadah, selalu berkata baik, menghindari perbuatan tercela, dan segala perbuatan baik yang nampak pada sesama manusia. Hal ini memang seperti sifatnya malaikat; selalu taat pada Yang Maha Rahmat.

Baca Juga: Kita Semua adalah Pemimpin

Ketika segalanya terlihat sempurna, ada kalanya seseorang menjadi segan pada manusia spek malaikat tersebut. Bahkan, sampai dunia percintaan pun, manusia enggan berharap lebih pada manusia yang terlihat sempurna. Laki-laki spek malaikat, atau perempuan spek bidadari.

“Dia terlalu Masya Allah, untuk aku yang Astaghfirullah.” Begitu slogan-nya. Ibarat iblis mengharap dapat bersama dengan malaikat, ya mustahil.

Saat manusia spek malaikat ini kelihatan berperilaku tercela, manusia yang lain acapkali enggan mengenalnya lagi.

Seperti peribahasa yang berbunyi, ‘Nila setitik, rusak susu sebelanga’ yang berarti: Kesalahan kecil dapat merusak kebaikan yang sudah dilakukan selama ini.

Peribahasa tersebut menggambarkan bahwa kesalahan sekecil apapun, dapat berdampak luas pada citra yang dimiliki seseorang. Hal ini rawan menjadikan manusia takut dalam bertindak. Takut dirinya berbuat buruk sekali saja, namanya langsung tercoreng buruk di mata sesama.

Bagi yang belum menikah, selain berikhtiar memperbaiki diri, berdoa setinggi mungkin boleh adanya. Berharap pasangan baik yang dapat menuntun kita menuju rida-Nya. Walau kita sendiri masih jauh dari kata salih atau salihah.

Jadi, perlu diingat kembali bahwa manusia memiliki potensi dalam mengerjakan amal kebaikan dan keburukan. Ketika melihat seseorang terbelenggu atas perbuatan tercela, jangan pernah memandang sebelah mata. Mari sama-sama mendoakan atas kebaikan. Senantiasa kembali pada kebenaran.

Karena pada hakikatnya, segala perbuatan baik yang dilakukan manusia adalah berkat kehendak Allah. sedangkan segala keburukan, murni atas fitrahnya sifat manusia. Selaras dengan firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 79, yang berbunyi:

مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

“Kebaikan (nikmat) apa pun yang kamu peroleh (berasal) dari Allah, sedangkan keburukan (bencana) apa pun yang menimpamu itu disebabkan oleh (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Cukuplah Allah sebagai saksi.”

Lantas, adakah manusia spek malaikat sungguhan?