Depok, walisongoonline – Salah satu ajang prestisius bagi mahasiswa pecinta budaya Jepang kembali digelar, yakni Lomba Pidato Esai Bahasa Jepang Ke-9. Kompetisi ini merupakan hasil kerja sama antara Komaru Transportation Foundation, Fukuyama City University, dan Universitas Darma Persada.
Tujuan utama lomba ini adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan lalu lintas sekaligus mendidik sumber daya manusia yang dapat menjadi jembatan hubungan Indonesia-Jepang di masa depan.
Bertempat di Universitas Darma Persada, lomba ini menghadirkan suasana kompetitif yang menantang dan menginspirasi. Pada tahap awal, para peserta dari berbagai universitas di Indonesia mengirimkan esai terbaik mereka.
Setelah melalui seleksi ketat, terpilihlah lima finalis yang diundang untuk tampil langsung dan menyampaikan pidatonya di hadapan dewan juri pada Sabtu, 14/12/2024.
Kelima finalis tersebut berasal dari universitas ternama, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Darma Persada (UNSADA) sebagai tuan rumah.
Zia, seorang mahasiswi UI yang juga nyantri di Pesantren Mahasiswi (Pesmi) Al-Hikam Depok, berhasil terpilih sebagai salah satu finalis. Menurutnya, momen tersebut merupakan kesempatan berharga untuk menambah pengalaman.
“Saya ingin menambah pengalaman dan mencoba keluar dari zona nyaman. Kompetisi seperti ini memberikan kesempatan untuk tidak hanya mengasah kemampuan bahasa Jepang saya, tetapi juga belajar menyampaikan ide di depan umum,” ungkapnya saat di wawancarai, pada Minggu/15/12/2024.
Baca Juga: Santri Pesmi Al-Hikam Depok Berhasil Juara 1 Cabang Lomba KTI di UIN KHAS Jember
Zia menyampaikan bahwa selama proses persiapan untuk lomba ini tidaklah mudah dan penuh tantangan. Setelah dinyatakan sebagai salah satu dari lima finalis, ia langsung memulai persiapan intensif.
“Saya diberi waktu kurang lebih dua minggu untuk merevisi teks pidato saya agar lebih kuat dan sesuai dengan tema. Setelah itu, selama dua minggu berikutnya, saya fokus menghafal dan melancarkan pidato tersebut. Saya banyak berlatih di depan dosen dan teman-teman untuk mendapatkan masukan. Selain itu, saya juga melatih kemampuan bahasa Jepang saya setiap hari agar siap menghadapi sesi tanya jawab dari dewan juri,” jelas Zia.
Tantangan utama yang dihadapi Zia adalah bagaimana menyampaikan pidatonya dengan menarik sehingga dapat memukau para juri dan audiens. Selain itu, ia juga harus melatih mental agar tidak nervous atau blank saat tampil di depan banyak orang.
“Ini salah satu tantangan besar buat saya. Berbicara di depan umum, apalagi menggunakan bahasa Jepang, butuh persiapan mental yang kuat,” katanya.
Pada hari perlombaan, suasana tegang dan antusias terasa sejak awal. Para finalis menyampaikan pidato mereka dengan penuh semangat. Zia sendiri merasa gugup, tetapi berkat latihan dan dukungan dari teman-teman serta dosen, ia mampu mengendalikan rasa cemas dan tampil dengan percaya diri. Saat pengumuman juara, Zia tak menyangka namanya disebut sebagai peraih juara 2.
Baca Juga: Santri Pesma Raih Juara 3 dalam Policy Recommendation Competition Indonesia Economic Outlook 2025
“Alhamdulillah, saya senang sekali karena tidak menyangka bisa menang. Awalnya saya hanya ingin melakukan yang terbaik tanpa terlalu berharap. Ketika nama saya diumumkan, rasanya lega dan bersyukur karena usaha selama ini terbayar,” ungkapnya penuh rasa syukur.
Menurut Zia, kunci keberhasilannya dalam kompetisi ini adalah latihan yang konsisten.
“Latihan itu sangat penting, terutama untuk membiasakan diri berbicara di depan banyak orang,”.
“Saya juga tidak bisa meraih ini sendirian. Arahan dari dosen-dosen saya sangat membantu, begitu juga dukungan dari teman-teman yang selalu menyemangati saya,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Zia mengangkat tema tentang bahaya pengemudi di bawah umur, yang menurutnya menjadi salah satu masalah besar di Indonesia.
Ia menyoroti bahwa pengemudi di bawah umur tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga orang lain di jalan raya. Pesan yang ingin disampaikan Zia melalui pidatonya adalah pentingnya kesadaran remaja tentang risiko mengemudi di usia yang belum cukup.
“Saya ingin menekankan bahwa orang tua, masyarakat, dan pemerintah harus lebih serius dalam menangani masalah ini. Jangan hanya membiarkan pengemudi di bawah umur berkeliaran di jalan, tetapi lakukan upaya konkret untuk mencegahnya,” tegasnya.