Depok, walisongoonline.com – Malam 1 Rajab 1446 H jatuh pada Rabu lalu, bertepatan dengan tanggal 1 Januari 2025 M. Bulan Rajab adalah salah satu dari bulan haram (al-asyhur al-hurum) yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Bulan mulia (haram) merujuk pada bulan-bulan yang dimuliakan selain Ramadan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Allah telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang keistimewaan bulan Rajab ini, tepatnya pada Surah At-Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu),
Abu Muhammad al-Husain bin Muhammad bin al-Hasan al-Hadad dalam Kitabnya Fadhā’il Syahri Rajab menyebutkan bahwa ayat ini menjelaskan ada empat bulan suci, semuanya memiliki keistemawaan pada hari ke-10. Salah satunya adalah bulan Rajab. Pada bulan ini, hari ke-10 merupakan waktu ketika Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Di sisi-Nya ada Ummul Kitab (Lauh Mahfuz)
Menurut Abdullah bin Umar, bulan ini dinamakan Rajab karena para malaikat memuliakan Allah dengan tasbih, tahmid, dan tahlil kepada Al-Jabbār yang Maha Agung.
Baca Buku: Hari-Hari Istimewa di Mata Allah
Berikut keutamaan puasa di bulan Rajab, sebagaimana disebutkan dalam kitab tersebut.
- Puasa satu hari: Menghapus dosa, menutup pintu neraka, mendapat doa mustajab, dan rahmat dari Allah.
- Puasa dua hari: Mendapat pahala seperti 10 orang shiddiqin, syafaat mereka, dan berkumpul bersama mereka di surga.
- Puasa tiga hari: Mendapat pahala yang sama. Allah akan berkata kepadanya saat berbuka: “Sungguh, hak hambaku ini telah menjadi wajib atas-Ku. Cinta-Ku dan perlindungan-Ku juga wajib baginya. Aku persaksikan kepada kalian, wahai para malaikat-Ku, bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.”
- Puasa empat hari: Mendapat pahala seperti orang-orang berakal yang bertaubat. Ia juga akan diberikan kitab catatan amalnya di antara golongan pertama yang meraih kemenangan.
- Puasa lima hari: Dibangkitkan pada hari kiamat dengan wajah bercahaya seperti bulan purnama. Dicatatkan baginya kebaikan sebanyak butiran pasir di padang pasir, dan ia akan masuk surga serta dikatakan kepadanya: “Mintalah kepada Allah apa saja yang engkau inginkan.”
- Puasa enam hari: Mendapat pahala yang sama serta cahaya yang menerangi orang-orang di hari kiamat. Ia dibangkitkan dalam keadaan aman, melewati shirath tanpa hisab, terbebas dari durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, serta Allah menyambutnya dengan wajah penuh rahmat pada hari kiamat.
- Puasa tujuh hari: Tujuh pintu neraka ditutup untuknya, Allah mengharamkannya atas api neraka, dan Allah mewajibkan baginya surga sehingga ia dapat memilih tempat di dalamnya sesuai keinginannya.
- Puasa delapan hari: Dibukakan untuknya delapan pintu surga, sehingga ia dapat masuk dari pintu mana pun yang ia kehendaki.
- Puasa sembilan hari: Dicatat amalnya di ‘Illiyyin, dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan aman, dan keluar dari kuburnya dengan bercahaya.
- Puasa sepuluh hari: Mendapatkan keutamaan luar biasa, pahala sepuluh kali lipat, seperti orang yang beribadah selama seribu tahun, dan termasuk orang-orang yang dekat dengan-Nya.
- Puasa dua puluh hari: Mendapatkan pahala dua puluh kali lipat, menjadi orang yang dekat dengan Ibrahim, kekasih Allah, di kubahnya, dan diberi syafaat untuk orang-orang sebanyak kabilah Rabi’ah dan Mudhar.
- Puasa tiga puluh hari: Mendapatkan pahala tiga puluh kali lipat, kemudian seorang penyeru di langit akan memanggil: “Bergembiralah, wahai wali Allah, dengan kemuliaan yang agung.
Meskipun informasi ini dinilai lemah dari segi sanad dan keabsahannya, hal tersebut tidak mengurangi nilai motivasinya untuk mendorong kita memperbanyak amal kebajikan, seperti puasa, sedekah, dan ibadah lainnya di bulan Rajab, dengan tetap berlandaskan niat yang tulus dan ikhlas semata-mata untuk meraih ridha Allah.