Gus Yusron Jelaskan Konsep Ketuhanan Kepada Mahasiswa Asia University

Depok, walisongoonline.com – KH. Yusron Shidqi, Lc., MA atau sapaan akrabnya Gus Yusron merupakan Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam (Pesma Al-Hikam) Depok. Pada Sabtu, 20/9/2024 Pesma Al-Hikam mendapat kunjungan dari the Faculty of Urban Innovation, Asia University, Japan. Kunjungan ini diselenggarakan dalam rangka silaturahmi sekaligus menyaksikan langsung kegiatan keislaman Indonesia yang ada di Pesantren Al-Hikam.

Sebanyak 32 orang yang terdiri dari 27 mahasiswa dari Asia University dan 5 pendamping dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, melakukan dialog tentang Islam dan pesantren.
Dalam dialog tersebut, Gus Yusron menyampaikan konsep ketuhanan yang merupakan jawaban dari pertanyaan Prof. Arai Kenichiro, Departemen Urban Innovation Universitas Asia Jepang.

Konsep Ketuhanan

“Bagaimana konsep ketuhanan yang diajarkan dalam Islam, sedangkan kami di sini rata-rata tidak memiliki agama, bahkan tidak meyakini adanya Tuhan?,” tanya prof Arai kepada pengasuh Pesantren Al-Hikam Depok.

Dengan gayanya yang epik dan santai, Gus Yusron menganalogikan konsep ketuhanan itu seperti kue mochi.
Menurutnya, bahwa sesuatu itu pasti ada yang menciptakan. Ibarat kue mochi, tidak mungkin adanya kue mochi tanpa ada yang membuatnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dunia adalah sebuah panggung orkestra yang berjalan sangat harmonis. Di satu sisi memiliki partitur, di sisi lain sebuah orkestra juga memiliki dirigen sebagai pemimpinnya, sehingga orkestra dapat dimainkan dengan harmonis.

Jika banyaknya benda-benda di dunia ini tidak ada penciptanya, maka akan mustahil. Sebab hal tersebut, dapat mengakibatkan terjadinya tumpang tindih satu sama lain.

Lebih lanjut, Gus Yusron juga memberikan perumpamaan-perumpamaan sederhana mengenai keteraturan alam. Selayaknya lalat yang datang membawa benih-benih larva untuk memakan daging bangkai. Seolah alam bisa merehabilitasi dan membersihkan dirinya sendiri. Begitu juga dengan daun yang jatuh merupakan bentuk regenerasi. Tentu keteraturan alam ini tidak lepas dari yang maha mengatur.

“Kami (umat Islam) menyakini adanya Tuhan agar kami tahu dimana kami bisa berterima kasih,” terang KH. Yusron.

Baca Juga: Jangan Gunakan Logika Terbalik..!!

Selain sebagai implementasi rasa syukur, konsep ketuhanan ini sekaligus menjawab pertanyaan para filsuf Yunani kuno. Seperti Plato, Socrates, Aristoteles yang mana mereka mengajukan pertanyaan filosofis: kita ini siapa, di mana, dan apa tujuan kita hidup di dunia ini.

“Hal ini tidak bisa ditemukan dalam metode empiris. Akan tetapi, bisa dijumpai dengan keyakinan agama,” imbuhnya.

Demikianlah pengasuh pesantren Al-Hikam Depok ini mengenalkan konsep ketuhanan kepada Mahasiswa/i Asia University secara sederhana. Dengan dialog ini, harapannya Mahasiswa/i Asia University yang awalnya tidak mengenal Tuhan bisa dibukakan pintu hidayah untuk mengenal dan meyakini ada-Nya.