Depok, walisongoonline – Rasulullah SAW pernah bersabda: “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur’an sedikitpun seperti rumah kumuh yang mau runtuh” (HR. at-Tirmidzi). Hadis ini memotivasi banyak umat Muslim untuk memiliki hafalan Al-Qur’an, walaupun hanya surat-surat pendek atau bahkan hanya Al-Fatihah. Namun, pertanyaannya, jika hafalan itu terhapus dari ingatan, apakah Allah akan memasukkan kita ke neraka?
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: “Telah diperlihatkan kepadaku semua pahala amalan umatku hingga kotoran yang dikeluarkannya dari masjid. Aku juga telah ditunjukkan dosa-dosa umatku, maka tidak aku lihat dosa yang lebih besar dari orang yang diberikan ayat atau surat Al-Qur’an kemudian melupakannya” (HR. at-Tirmidzi).
Hadis ini menggambarkan betapa besarnya dosa melupakan hafalan Al-Qur’an. Hal ini semakin mendramatisasi beratnya kehidupan, di tengah kelelahan belajar atau bekerja mencari nafkah, umat Muslim masih harus menjaga hafalan Al-Qur’an mereka.
Menjaga hafalan memang tidak mudah, terlebih bagi mereka yang telah menghafal 30 juz. Tantangannya semakin besar, membagi waktu antara urusan duniawi dan ibadah ukhrawi, sambil terus berusaha mengulang hafalan.
Namun, apakah benar Allah akan menyiksa kita karena dosa yang sangat besar itu, bahkan jika kita sudah berusaha untuk tetap menjaga hafalan?
Baca Juga: Manusia Spek Malaikat, Memang Ada?
Melupakan dan Terlupakan
Penting untuk membedakan antara melupakan dan terlupakan. Melupakan dengan sengaja, yaitu tanpa usaha sama sekali untuk mengulang atau membaca ayat-ayat yang telah dihafal. Melupakan dengan sengaja berarti lalai, sibuk dengan urusan dunia hingga tidak ada waktu untuk mengulang hafalan.
Sedangkan terlupakan yaitu sudah berusaha menyiapkan waktu dan tenaga di tengah-tengah kesibukan, namun tetap lupa. Secara tidak sengaja, manusia memang tempatnya salah dan lupa.
Berusaha semampunya tidak akan tercatat sebagai dosa, karena Allah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al-Baqarah: 286). Selama sudah berusaha menjaga ayat-ayat yang sudah dihafal, maka selamatlah kita.
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari menjelaskan bahwa lupa adalah sifat manusia, sehingga tidak tercatat sebagai dosa besar. Beliau mengibaratkannya sebagai cobaan yang menimpa manusia. Namun, jika kelalaian dalam menjaga hafalan disebabkan oleh sikap tidak peduli atau kesengajaan, itulah yang tergolong dosa besar.
Menjaga hafalan Al-Qur’an adalah amanah besar. Namun, jangan sampai hal ini menjadi beban yang membuat kita melupakan hikmah dari usaha tersebut. Hafalan yang terlupakan bukanlah akhir segalanya. Selama masih ada niat dan usaha untuk memperbaiki, pintu ampunan dan rahmat Allah selalu terbuka.
Hafalan Al-Qur’an bukan hanya tentang ingatan, tetapi juga tentang hati. Ketika kita mengulang hafalan, kita sebenarnya sedang mempererat hubungan kita dengan Allah SWT. Mungkin ayat-ayat yang terlupa adalah cara Allah mengingatkan kita untuk kembali mendekat kepada-Nya, untuk lebih bersungguh-sungguh, dan untuk terus memperbaiki diri.
Jangan biarkan ketakutan akan siksa menghalangi langkah kita. Jadikan hal itu sebagai motivasi untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an dan Allah SWT. Hafalan yang kita ulang adalah refleksi dari cinta dan kedekatan kita dengan-Nya.