Habib Ali Al-Habsyi: Buah Kesalihan Kedua Orang Tua

Habib Ali bin Muhammad bi Husein Al-Habsyi (Shahibul Maulid Simtud Durar)

Tidak jauh berbeda dengan Sayyidah Alawiyyah, di usia Habib Ali yang masih kecil, ayah beliau, Habib Muhammad Bin Husein Al Habsyi mendapatkan tugas untuk berdakwah ke Makkah. Hal ini karena banyak jamaah haji yang mengatakan kepada guru Habib Muhammad, Habib Abdullah bin Husein bin Thohir bahwa jangan hanya berdakwah di sekitar Makkah tetapi daerah pelosok yang masih banyak orang awam yang tidak tersentuh ajaran Islam.

Beliau kemudian mengutus murid kesayangannya, Al Habib Muhammad Bin Husein Al Habsyi yang sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam berdakwah untuk pergi mensyiarkan agama Allah Ta’ala ini. Habib Muhammad selalu memiliki berbagai cara yang ditempuh agar dakwahnya bisa tersampaikan kepada umat.

Tidak jarang beliau datang langsung bersama muridnya kepada para pekerja seperti petani yang ada di sawah untuk mengajarkan agama Islam. Ketika beliau mengenalkan kewajiban beribadah dalam Islam seperti tata cara berwudhu dan salat kepada para petani, beliau akan menyuruh muridnya untuk menggantikan tugas para petani di sawah. Hal ini beliau lakukan sampai para pekerja benar-benar paham dan mengerti tentang kewajiban muslim. Misalnya pajak yang harus selalu mereka keluarkan dan baru berpindah ke kampung-kampung yang lain. Strategi yang cerdas ini membuat beliau akhirnya menjadi Mufti di Makkah selama 11 tahun.

Syair Pujian untuk Sang Ayah

Tentang ayahnya ini, Habib Ali menuliskan beberapa bait syair yang berbunyi:

Dan ayahku, Muhammad, mufti Hijaz, kudapat petunjuk darinya untuk menuntut ilmu dan menyampaikannya

Beliau imam yang agung, semoga Allah mensucikan sirr-nya

Dakwahnya yang agung, berisi nasihat dan petunjuk

Lewat beliau,

Allah memberikan hidayah kepada sekelompok manusia yang karena kebodohannya, menjadi jauh dari Dzat Allah dan melanggar perintah-Nya

Dengan lemah lembut beliau berdakwah

Mereka pun sungguh-sungguh menerima nasihatnya

Sehingga tersebarlah dakwah ke seluruh penduduk kota dan desa

Beliau melindungiku dan dengan kasih sayang mendidikku

Kuharap, perlindungan tetap diberikan kepada putra-putri dan cucuku

Dari kisah keluarga ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa mensyiarkan agama Islam adalah tugas wajib bagi setiap muslim. Seperti yang dicontohkan oleh para aulia, laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk tidak hanya gemar menuntut ilmu saja. Namun juga memaksimalkan diri untuk berdakwah dan mengisi peran para ulama demi menghidupkan syiar Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Selain itu, kedua orang tua Habib Ali juga mengajarkan kepada kita mengenai pentingnya memiliki lingkungan yang baik untuk mendukung pendidikan dari sejak usia dini. Perubahan ini harus dimulai dari diri kita sendiri untuk menciptakan generasi berikutnya yang salih salihah dan mencintai ilmu. Wallahu A’lam.

Editor: Ust. Ali Fitriana Rahmat, M.Ag.

Referensi :

  1. Syalaby, A. 2017. Alawiyyah Binti Husein Al-Jufri, Sayyidah Piawai Berdakwah. https://www.republika.co.id/berita/q8atay483/alawiyyah-binti-husein-aljufri-sayyidah-piawai-berdakwah
  1. Fadila, Anjali. 2021. Biografi Habib ‘Ali Habsyi Muallif Simtud Duror. https://alhikmahdua.net/biografi-habib-ali-habsyi-muallif-simtud-durar/