Depok, walisongoonline.com – Hari Arafah adalah hari yang agung. Hari yang begitu dahsyat dengan banyak keutamaan. Barangsiapa yang mengisi hari arafah dengan ibadah, maka Allah akan mengampuninya. Pun sebaliknya, sungguh rugi hamba yang membiarkan hari arafah lewat begitu saja tanpa sedikitpun kesadaran untuk bertaubat kepada Allah Kemuliaan hari arafah yang begitu dahsyat menjadikan para ulama menjuluki hari ini sebagai Sayyidul Ayyam atau pemimpin dari semua hari yang ada.
Hari Arafah adalah suatu hari yang bertepatan dengan tanggal 9 dzulhijjah. Pada hari ini para jamaah haji dari berbagai bangsa, suku, ras dan warna kulit. Semuanya berkumpul di padang Arafah untuk melaksanakan ibadah wukuf. Para ulama mengatakan bahwa perkumpulan umat islam di padang arafah pada hari ini adalah miniatur perkumpulan di padang mahsyar kelak. Yang membedakan adalah ketika di padang mahsyar, Allah memisahkan antara orang beriman dengan orang kafir.
Sementara perkumpulan padang arafah adalah perkumpulan yang semuanya diampuni oleh Allah SWT. Sebegitu dahsyatnya hari arafah ini, sampai-sampai Nabi Muhammad bersabda bahwa (ibadah) haji itu adalah (wukuf) di Arafah. Sehingga para ulama fiqih mengatakan bahwa wukuf di arafah adalah rukun utama haji, yang mana jika tidak dilakukan maka hajinya tidak sah dan tidak bisa diganti dengan dam (denda).
Baca Juga: Kiai Hilmi Jelaskan Keutamaan Dan Amalan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Penamaan hari ini dengan arafah dilatarbelakangi kisah mimpi Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya yang sangat beliau cintai setelah sekian lama tidak mempunyai keturunan. Dikisahkan bahwa pada malam 8 dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya yang tercinta.
Nabi Ibrahim terbangun dari tidurnya karena mimpi tersebut, lalu Nabi Ibrahim bertanya-tanya, apakah mimpi tersebut betul dari Allah atau tidak, oleh karena itu hari 8 dzulhijjah dinamakan dengan hari tarwiyah atau hari dimana Nabi Ibrahim terus menerus rowa – yarwi (berkisah, berdialog) dengan diri sendiri atas mimpi tersebut. Baru pada 9 dzulhijjah inilah Nabi Ibrahim mendapat pengetahuan untuk menginterpretasikan ihwal mimpi tersebut.
Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan hari Arafah. Maksudnya, hari dimana Nabi Ibrahim tahu (arafa) cara untuk menafsirkan mimpinya dan melaksanakannya sesuai perintah Allah SWT. Tentu hari Arafah ini bagi Nabi Ibrahim menjadi hari yang sangat menegangkan.
Kemuliaan hari arafah tidak hanya untuk mereka yang diberikan kemuliaan oleh Allah untuk bisa langsung berkumpul di padang Arafah. Melainkan juga bagi umat islam yang berada di tempat lain. Hal tersebut nampak dari diksi yang digunakan dalam nash-nash berkaitan dengan tema ini, diksi yaum atau ayyam yang berarti hari atau sebuah waktu, menunjukkan bahwa kemuliaan hari arafah adalah bagi mereka siapa saja dari umat islam yang hidup dan menjumpai hari mulia ini.
Maka sudah seharusnya bagi kita untuk semaksimal mungkin mengisi hari arafah ini dengan ibadah dan kebaikan lainnya. Jangan sampai hari yang luarbiasa dahsyat ini berlalu begitu saja. Padahal tidak ada jaminan sedikitpun kita akan menjumpai hari ini di tahun-tahun berikutnya.
Di antara amalan dan keutamaan hari arafah yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad melalui hadis-hadis beliau adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Keutamaan dan Amalan Bulan Dzulhijjah
1. Berpuasa sunnah
صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Artinya: “Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas” (HR Muslim).
Bagi mereka yang sedang berhaji, wajib bagi mereka untuk wukuf di padang arafah. Dimulai setelah dhuhur sampai sebelum maghrib. Ibadah wukuf di Arafah adalah waktu untuk para jamaah haji bertaubat, memperbanyak dzikir dan doa. Sementara bagi yang tidak berhaji, disunnahkan untuk berpuasa di hari yang agung ini. Para ulama juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dari ampunan dosa disini adalah untuk dosa-dosa kecil. Adapun dosa besar membutuhkan taubat yang nasuha. dan jika dosa tersebut berkaitan dengan hak orang lain maka harus taubat dan mengembalikan hak orang terdzalimi.
2. Memperbanyak doa dan dzikir
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dari [‘Amru bin Syu’aib] dari [ayahnya] dari [kakeknya] bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi sebelumku katakan adalah “LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada Ilah melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).” (HR. Tirmidzi)
3. Memperbanyak taubat kepada Allah, karena pada hari arafah Allah memberikan pengampunan kepada hamba-Nya. Dan Allah akan membanggakan hamba-Nya yang mau bertaubat kepada para malaikat
مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟
Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” [HR. Muslim no. 1348]
4. Memperbanyak amal shalih
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ أَنَّهُ قَالَ: مَا الْعَمَلُ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ أَفْضَلَ مِنَ الْعَمَلِ فِى هَذِهِ قَالُوا وَلاَ الْجِهَادُ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَىْءٍ
Artinya: “Dalam riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda “Tiada amal ibadah yang lebih utama daripada yang dilakukan pada sepuluh hari ini” (maksudnya sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijah). Para sahabat bertanya: “Apakah termasuk jihad di jalan Allah?” Rasulullah saw menjawab: “Termasuk jihad. Kecuali bagi seseorang yang pergi berjihad dengan diri dan harta, namun tidak ada yang kembali darinya sedikit pun.” (HR. Bukhari).
5. Hari disempurnakannya agama
Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama dan nikmat. Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khottob berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,
آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat ketiga dari surat Al-Maidah yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.”
Semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita agar selalu mudah untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan kelak kita di penghujung usia kita mudah melafalkan kalimat syahadat dan memperoleh nikmat husnul khatimah. Amiin
Oleh Ustadz Misbahul Ula, L.c