Jum’at, 20 Oktober 2023, Mustasyar Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan, Dr. H. Ribut Nur Huda, S.Hum, M.Pd.I, M.Ed datang berkunjung ke Al-Hikam untuk bersilaturahmi ke KH. Hilmi as-Shiddiqi, ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat STKQ Al-Hikam sekaligus salah satu pelopor di awal-awal perkembangan PCINU di Sudan tahun 2002 silam.
Dr. Ribut merupakan seorang Pemikir Inovatif dalam bidang Bahasa Arab dan Kurikulum serta Metodologi Pembelajaran. Beliau meraih gelar Doktor di University of Holy Quran and Islamic Science Sudan. Riset beliau yang fenomenal yaitu “Meninjau Kembali Keterampilan Bahasa: Studi Epistemologis Atas Pengalaman Indonesia”, dipresentasikan dalam Konferensi Internasional yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Bahasa Arab Negara-Negara Teluk, UEA.
Baca Juga: Sambut HSN Al-Hikam Depok Adakan Seminar Islam Feminisme
Tentu saja kesempatan emas tersebut tidak disia-siakan oleh STKQ AL-Hikam. Dr. Ribut kemudian diminta untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada mahasiswa STKQ AL-Hikam. “Tidak sekedar untuk menyambung persaudaraan, kesempatan ini, kita manfaatkan juga untuk meneruskan keimuan beliau” Ujar Kyai Hilmi. Sehingga secara mendadak, terselenggaralah Seminar Metode Tadabbur al-Qur’an.
Tema tersebut diangkat dari karya terbaru beliau yaitu al-Bayan li tadabburi al-Qur’an. Dalam buku tersebut beliau menyajikan al-Bayan, salah satu cabang kajian ilmu balaghah sebagai pendekatan untuk tadabbur al-Qur’an.
“Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa manusia, diambil dari dunia manusia dan menggunakan cara berfikirnya manusia. Maka, tadabbur Qur’an itu fardhu ‘ain bagi umat muslim disesuaikan kemampuannya” tuturnya. Mantan dosen Bahasa Arab IAIN Sunan Ampel tersebut menjelaskan bahwa al-Qur’an dari segala sisinya dapat ditadabburi, paling mudahnya adalah tadabbur melalui terjemah kata per kata.
Beliau juga menggaris bawahi bahwa tadabbur berbeda dengan tafsir yang membutuhkan banyak perangkat keilmuan untuk memahami suatu ayat. Namun, untuk tadabbur, siapapun dan dengan latar belakang apapun dapat melakukannya. Tadabbur tidak dijadikan pijakan atau rujukan untuk orang banyak layaknya hadis atau tafsir, melainkan untuk diri sendiri sebagai tombo ati.
Seminar tersebut mendapat antusias tinggi dari para mahasiswa. Ini merupakan langkah penting untuk membuka jendela wawasan mahasiswa tentang al-quran lebih lebar lagi, sekaligus meningkatkan semangat mahasiswa mengkaji tadabbur al-Qur’an lebih dalam.