Kultum oleh Arnawan Dwi Nugraha (Mahasiswa STKQ Al-Hikam Depok Angkatan 10)
الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي فَضَّلَ بَنِي آدَمَ بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ عَلَى جَمِيعِ الْعَالَمِ. وَ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِدِ الْعَرَبِ وَ الْعَجَمِ. وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ يَنَابِيعِ الْعُلُومِ وَالْحِكَم. أَمَّا بَعْدُ.
Yang kami takzimi, Ustaz Adib Minanul Cholik selaku pengampu pengajian tafsir Jalalain[1], serta teman-teman sekalian, baik dari STKQ Putra/i yang dirahmati Allah Ta’ala. Pada kesempatan kali ini, izinkan al-faqir menyampaikan kultum yang berkenaan dengan lingkungan pertemanan atau dalam bahasa Jaksel (Jakarta Selatan) dikenal dengan circle pertemanan.
Hadirin yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Tidak bisa kita pungkiri bahwasanya manusia yang menyandang gelar sebagai makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pada saat yang sama juga menyandang gelar sebagai makhluk sosial. Artinya, manusia satu tidak dapat hidup kecuali membutuhkan manusia lainnya–dalam berbagai aspek. Oleh karenanya, seorang manusia dalam hidupnya tidak dapat lepas dari interaksi dengan orang lain.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan manusia kebebasan dalam memilih circle pertemanannya. Apakah ia hendak berkumpul, berinteraksi, dan bermuamalah dengan orang-orang yang baik ataukah sebaliknya–berkumpul berinteraksi dan bermuamalah– dengan orang-orang yang buruk perangainya.
Dalam hal ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Quran surah at-taubah ayat ke-119 memberikan rambu-rambu kepada manusia dalam berinteraksi ataupun menjalin pertemanan dengan orang lain.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ ١١٩
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!”
Sementara itu, pada bagian awal dari hadis Jibril yang tercantum dalam kitab Al–Arbain An–Nawawi (hadis kedua) berkenaan dengan Islam, iman, dan ihsan, ada sebuah hal yang menarik yaitu:
عن عمر رضی الله عنه أيضا قال : بينما نحن جلوس عند رسول اللہ صلی الله عليه وسلم …(إلى أخر العدیت)
Artinya: “Dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam… (hingga akhir hadis)” (HR. Muslim)
Hadis ini mengisyaratkan bahwa para sahabat dalam masa senggangnya duduk bersama atau kongko bersama orang salih, yakni Nabi Muhammad saw. Perilaku yang demikian tentu patut kita teladani dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hadirin yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Nah, dari sini dapat kita pahami bersama pentingnya memilih siapa saja yang berada dalam circle pertemanan kita, siapa bestie-bestie kita. Pilih, pilah, dan dekatilah teman-teman yang dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala sehingga orang-orang yang berada dalam circle pertemanan kita ini tidak hanya menjadi kawan di dunia saja, tetapi juga teman sampai akhirat, yakni surga Allah Swt.
Hal ini senada dengan nadzam yang ada di kitab Alala karya Az-Zarnuji berikut.
عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ ۞ فَإِنَّ القَرِيْنَ بِالْـمُقَـــــارِنِ يَقْتَــــــــــدِيْ
Artinya: “Jangan tanya kepribadian seseorang, tapi lihatlah temannya, karena sesungguhnya teman mengikuti kelakuan temannya.”
فَاِنْ كَانَ ذَا شَرٍّ فَجَنِّبْـــــهُ سُــرْعَةً ۞ فَاِنْ كَانَ ذَاخَيْرٍ فَقَارِنْهُ تَهْتَــــــــــــدِيْ
Artinya: “Jika ada teman berkelakuan buruk, segeralah tinggalkan. Jika ada teman bagus akhlaknya, segeralah jadikan teman.”
Hadirin yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Berbicara mengenai circle pertemanan yang baik, alhamdulillah kita tinggal di Pesantren Al-Hikam Depok dengan lingkungan yang religius. Hidup ditengah-tengah para huffazul Qur’an–lafzan, ma’nan, qoulan, wa ‘amalan.
Ibrâhim al-Khawwâsh rahimahullah berkata:
دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ
Artinya: “Penawar hati itu ada lima: membaca Al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa), qiyâmul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang salih.”
Nah dari ungkapan Ibrâhim al-Khawwâsh tersebut, salah satu penawar hati ialah dengan duduk bersama orang-orang salih. Bercengkerama dengan orang-orang salih, terlebih menjadikannya sebagai circle pertemanan kita dapat mempengaruhi diri kita ke arah yang lebih baik. Hal ini sebagaimana hadis Nabi mengenai perumpamaan orang yang bergaul dengan orang salih dan orang yang bergaul dengan orang buruk, yakni seperti penjual minyak wangi dan tukang tempa besi. Apabila kita sering berinteraksi dengan pedagang minyak wangi, maka kita akan mendapatkan bau wanginya meskipun kita tidak membeli minyak tersebut. Sebaliknya, apabila kita sering berinteraksi dengan tukang tempa besi, maka akan berpotensi besar dapat membakar tubuh dan kain baju kita oleh karena cipratan api dari tempaan besi, atau paling tidak mendapatkan bau yang tidak sedap darinya.
Akhir kata, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menganugerahi al-faqir dan jamaah sekalian circle pertemanan yang positif, senantiasa mengajak kepada kebaikan serta ketakwaan kepada-Nya. Amin. []
[1] Sebuah kitab tafsir karya dua ulama, yakni Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi