Kajian Ahad Subuh Bersama KH. Hilmi Ash-Shidqi Al- Aroky
Ahad, 12 Desember 2021
Para ulama menggambarkan akan adanya dua bentuk kekakuan, yaitu kematian dan akhirat. Maka dari itu sudah sepatutnya kita untuk terus mengingat kematian, karena mati tidak ditentukan oleh bulan, mati tidak ditentukan oleh waktu dan juga tidak ditentukan oleh tempat. Ketika ajal sudah datang kita tidak bisa meminta untuk diakhirkan ataupun diawalkan waktunya. Begitu juga dengan tempat, saat ajal sudah datang kita tidak bisa memilih dimana tempat kita akan mati. Inilah yang disebut kekakuan yang keduanya sudah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak bisa ubah-ubah.
Allah SWT. menjadikaan kehidupan dan kematian tentu bukan tidak ada tujuannya. Diantara tujuan Allah menjadikan kehidupan dan kematian itu agar kita bisa menata diri, mempersiapkan diri untuk menjadi yang terbaik. Atau bahasa sederhananya agar Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita agar kita meninggal dalam keadaan baik atau biasa disebut husnul khatimah.
Seluruh manusia adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah, namun yang menjadi persoalan apakah kita akan kembali dengan azab-Nya ataukah dengan rahmat-Nya. Husnul khatimah adalah akhir yang mendapat rahmat dari Allah SWT.
Rahmat Allah untuk mendapatkan akhir yang baik meliputi tiga hal yaitu:
وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ
Pertama, bertaubat sebelum mati. Agar kita bisa mendapatkan rahmat Allah maka hendaknya senantiasa untuk terus bertaubat, senantiasa beristigfar kepada Allah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kematian tidak mengenal waktu dan tempat, begitu juga dengan keadaan, kematian tidak bisa kita diatur apakah kita sedang beribadah ataukah sedang bermaksiat. Oleh karena itu, janganlah menunggu kematian untuk bertaubat namun bertaubatlah untuk menunggu kematian. Sehingga kita bisa bertaubat sebelum mati dengan rahmat Allah SWT.
Kedua, rahmat ketika maut datang. Diceritakan bahwa ketika nyawa dicabut, rasa sakitnya melebihi tujuh kali lipat orang yang tubuhnya dikuliti dari silet atau benda tajam lainnya. Para ulama menggambarkan, mengapa orang yang buruk amalnya ketika nyawanya dicabut merasakan rasa sakit yang amat dahsyat seperti seseorang yang ada di dalam rumah yang sudah disambut oleh banyak orang yang memegang pisau, palu, dan alat-alat berbahaya lainnya untuk menyiksanya, sehinnga dia tidak mau keluar dari dalam rumah dan harus dipaksa untuk keluar. Sedangkan orang yang baik amalnya digambarkan dengan sebaliknya.
Dijelaskan juga dalam sebuah hadis, ketika malaikat datang kepada orang yang baik amalnya untuk mencabut nyawanya melalui mulut, lalu mulut itu berkata “Jangan cabut nyawaku dari sini, karena mulutku ini selalu dibuat untuk berzikir”. Ketika mau dicabut dari tangan lalu tangan berkata “Jangan cabut nyawaku dari sini, karena tangan ini selalu digunakan untuk bersadekah”. Hal ini juga terjadi dengan anggota tubuh yang lain.
Kemudian malaikat datang kepaada Allah SWT. menceritakan hal itu. Kemudian Allah memerintahkan untuk menuliskan lafaz Allah di telapak tangannya, lalu diperlihatkanlah lafaz itu kepada ruhnya, maka ruh seketika itu keluar dengan sendirinya dengan rasa kecintaan kepada Allah SWT.
Ketiga, pengampunan setelah meninggal. Pengampunan otomatis akan diperoleh dengan taubat sebelum mati. Dengan demikian, jika kita sudah mendapatkan rahmat ketika sebelum mati maka pasti kita akan mendapatkan pengampunan-Nya.
Peresume : Habibullah
Editor : M. Izharuddin