Gagal itu adalah fase di mana kita diminta oleh lingkungan, kondisi, bahkan Tuhan yang Maha Kuasa untuk belajar memahami, menerima, belajar dewasa dan belajar bijak. Dengan cara apa ? Ada tiga kata kuncinya yakni : penerimaan, evaluasi dan bangkit lalu berjuang lagi. Karena kata orang bijak “lebih bagus gagal dalam berjuang, daripada tidak pernah gagal karena tidak pernah berjuang”.
Meski gagal, kenyataan harus tetap kita terima, dan hidup harus tetap kita lanjutkan. Tidak ada istilah waktu berhenti karena kita gagal, dan tidak ada keadaan di mana kondisi akan menunggu kita siap. Segala sesuatu akan terus bergerak, segala sesuatu akan terus berpindah, dan berganti dengan normalnya, tanpa mau pause atau tanpa mau diam sejenak. Karena gagal adalah sesuatu yang sangat lumrah terjadi pada kita semua, siapapun mereka yang sedang ada pada fase memperjuangkan target atau goal kita masing-masing apapun itu bentuknya.
Kemudian bukan gagalnya yang penting, tapi respon dan sikap kita selanjutnya, yang akan menentukan cerita hidup kita berikutnya. Mengetahui dan menerima kegagalan adalah satu hal yang penting. Tapi, justru kuncinya ada pada So What’s Next ? , Selanjutnya apa? Dengan kenyataan yang terjadi setelah kita gagal, lalu apa yang ingin kita lakukan. Apakah menyalahkan orang-orang di sekitar kita, atau terus mengenang masa lalu, yang tidak akan pernah terulang kembali.
Yang bisa kita lakukan, dan yang bisa kita upayakan adalah terima kenyataan yang kita hadapi sekarang. Suka atau tidak suka, dan kita harus fokus untuk mempersiapkan langkah untuk kedepannya. Karena yang masih bisa kita susun sekarang adalah batu bata untuk masa depan kita, bukan kegagalan di masa lalu kita.
Lalu bagaimana mengatasinya ?.
Berikut tiga tips menyikapi keadaan yang terjadi sebab kegagalan ala Kak Sherly :
1. Terima
Tanpa menerima, kita tidak akan bisa move on, walaupun kita keep moving atau terus bergerak, ini nantinya akan menjadi memori jelek dalam ingatan kita, yang sewaktu-waktu dia ke trigger atau nge- recall lagi, manggil lagi, maka yang muncul justru rasa trauma. Rasa trauma atas sesuatu yang tidak mengenakkan, yang sudah terjadi di masa lalu itu, tidaklah enak. Kita sering menyebutnya dengan penyesalan. Dan tidak jarang, berakhir pada dendam. Saat kita dendam, kita bisa melakukan sesuatu di luar kontrol kita, karena seringnya, kita mengedepankan ego, emosi, perasaan dendam, penyesalan dan seterusnya.
Oleh karena itu, daripada kita menyimpan bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu, saat detonatornya terpencet. Maka bukankah akan jauh lebih baik, jika dari awal kita mengakui dan menerima dengan apa yang terjadi. Memang, mungkin bukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi segala sesuatu itu, tidak mungkin selalu mengikuti yang kita inginkan. Terima dulu kenyataannya, terima dulu kondisinya, sekalipun itu sakit, mengecewakan, dan tidak mengenakkan, terima itu sebagai kondisi dan situasi yang harus kita hadapi.
2. Alirkan Energinya
Sifat energi adalah mengalir. Begitu pula dengan kita, apapun yang kita hadapi saat ini, bagaimanapun kenyataan yang kita lalui sekarang, suka atau tidak suka, sedih atau bahagia, bangga atau kecewa, maka alirkan dulu energinya. Lantas bagaimana cara mengalirkan energinya? Cara mengalirkan energi tersebut adalah kembali ke kecenderungan kita masing-masing.
Untuk kita yang extrovert bisa jadi dengan bertemu, dan bercerita dengan orang lain. Untuk kita yang introvert, bisa jadi mengunjungi tempat-tempat tertentu sendirian, atau melakukan sesuatu yang kita sukai di alam atau bahkan dengan mendengar musik, tidak bertemu banyak orang, baca buku, menangis dan sebagainya.
Baca juga: Respons Positif dalam Menghadapi Berbagai Kegagalan
Silahkan kita ambil cara kita masing-masing, dalam mengalirkan energinya. Ibarat air yang tidak mengalir, didiamkan terlalu lama dengan kehidupan yang ada di dalamnya. Maka, jangan salahkan jika airnya keruh dengan sendirinya, dan kehidupan yang ada di dalam air itu akan mati. Seperti udara di dalam satu ruangan, yang mana di dalam ruangan itu ada kehidupan, jika jendelanya tidak dibuka, ac-nya tidak dinyalakan, dan udara tidak mengalir, maka bisa dipastikan pelan tapi pasti kehidupan, di ruangan itu juga akan mati.
3. Evaluasi dan Bangkit
Energi sudah mengalir, kondisi kita juga sudah jauh lebih baik menerima kenyataan yang ada. Selanjutnya, mulai aktifkan logika kita, kira-kira apa yang kurang tepat dari kejadian kemarin. Evaluasi mana yang bisa diperbaiki, dan mana yang tidak bisa diperbaiki. Kemudian segera lakukan itu dalam keseharian kita, bangkit dan lakukan dengan cara yang berbeda. Karena logikanya begini, kita sudah tau apa yang kurang tepat dan terjadi di masa lalu dan konsekuensinya adalah yang harus kita hadapi saat ini, kejadian yang di hadapan kita, tapi kita masih saja mempertahankan rutinitas, kebiasaan atau sesuatu yang sebelumnya kita lakukan. Maka wajar, hasil yang akan didapatkan, ya begitu-begitu saja, untuk itu wajar pula kalau Einstein pernah berkata “insanity is doing the same thing over and over again but expecting different result”. (Albert Einstein) kegilaan adalah sesuatu yang terjadi berulang-ulang kali namun kita berharap hasil yang berbeda.
Baca juga: Don’t Judge A Book By Its Cover
Maka, pertanyaan besarnya adalah, hal apa, cara apa, tindakan apa yang harus kita lakukan secara berbeda. Sekarang, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari yang sudah terjadi di masa lalu, yang membuat kita layak mendapatkan hasil yang berbeda di masa depan. Karena pada akhirnya, kesempatan jauh lebih sering datang, dan hinggap kepada mereka yang bersiap. Maka, mari kita pastikan kita melayakkan dan mempersiapkan diri, sehingga bukan kita lagi yang mengejar-ngejar kesempatan, namun justru sebaliknya kesempatan yang akan datang serta menghampiri kita.
Demikian tiga tips dari Kak Sherly untuk kita yang harus menghadapi kenyataan karena gagal memperjuangkan sesuatu. Gagal itu tidak akan mengakhiri dunia kita, itu baru akan jadi akhir perjuangan kita, saat kita memutuskan untuk menyerah. Semangat untuk kita semua yang sedang mengalami kondisi yang serupa.
