Mengapa Mahasiswa Perlu Memiliki Keterampilan Lebih Dari Sekedar Akademik? Begini Penjelasan Gus Yusron

Pendidikan tinggi memang pondasi penting untuk masa depan yang lebih baik. Namun, di era kompetitif saat ini, sekadar memiliki nilai akademis yang tinggi saja tidak lagi cukup untuk menjamin kesuksesan. Mahasiswa perlu membekali diri dengan keterampilan tambahan agar siap menghadapi kerasnya kehidupan setelah lulus. Menurut Gus Yusron, ada tiga pokok keterampilan non-akademis yang wajib dikembangkan mahasiswa agar tidak “kaget” saat menghadapi tantangan hidup yang belum terpikirkan.

  1. Survive (Bertahan Hidup)

Inti dari survive adalah kemampuan untuk tetap bertahan dan eksis meskipun menghadapi situasi yang sulit, berbahaya, atau mengancam.

Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana, dan setiap individu pasti akan menghadapi rintangan. Memiliki jiwa survivor berarti mahasiswa siap menghadapi segala situasi sulit dan mampu menemukan solusi kreatif untuk bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah (2:286):

{لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ}

“…Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” Jiwa survivor adalah wujud kesiapan diri untuk memikul beban hidup dan mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi sesuai dengan kapasitas yang diberikan.

2. Resiliensi (Bangkit dari Kesulitan)

Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali, pulih, dan teguh setelah mengalami kegagalan, tekanan, atau kesulitan. Kehidupan nyata seringkali berat, dan seseorang tidak akan benar-benar menjadi kuat sebelum mengalami tekanan.

Keterampilan resiliensi membantu mahasiswa untuk tidak mudah menyerah saat menghadapi kegagalan, mampu menahan diri dari amarah, dan tetap tenang di bawah tekanan, sehingga dapat menghadapi kesulitan dengan lebih bijaksana.

Hal ini selaras dengan janji Allah dalam Surah Al-Insyirah (94:5-6):

{فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ} {اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ}

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Resiliensi adalah keyakinan dan upaya untuk terus bangkit setelah kesulitan, didasari kepercayaan bahwa setiap cobaan akan diikuti dengan kemudahan dari Allah.

3. Adaptif (Mudah Menyesuaikan Diri)

Adaptif berarti kemampuan untuk dengan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, teknologi, dan situasi sosial yang dinamis. Dunia terus bergerak dan berubah. Tanpa kemampuan ini, seseorang akan sulit berkembang dan berisiko tertinggal dalam persaingan.

Sikap adaptif memungkinkan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan cepat terhadap hal-hal baru, terus berkembang, dan berinovasi, bahkan di situasi yang asing atau sulit. Hal ini sesuai dengan pesan dalam Surah Ar-Ra’d (13:11):

{اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ}

“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Ayat ini menekankan pentingnya inisiatif untuk mengubah diri sendiri (beradaptasi) agar bisa tetap relevan dan maju dalam berbagai kondisi.


Kuliah bukan hanya tentang nilai di rapor, tetapi juga tentang pengembangan diri secara utuh. Dengan memiliki tiga pilar keterampilan non-akademis—Survive, Resiliensi, dan Adaptif—mahasiswa akan jauh lebih siap menghadapi kehidupan setelah lulus. Mereka akan mampu bertahan dalam kesulitan, cepat bangkit dari kegagalan, dan terus berkembang dalam kondisi apa pun.