Depok, walisongoonline.com – Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi wahyu Allah Swt., diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan malaikat Jibril. Salah satu karakteristik utama kitab suci adalah keotentikannya yang tidak mengalami perubahan. Demikian pula dengan Al-Qur’an, yang kesakralannya senantiasa terjaga dari masa ke masa.
Dalam peringatan Nuzulul Qur’an yang diselenggarakan di Masjid Al-Hikam Depok, pada Ahad, (16/3/2025), Gus Yusron, Pengasuh Pesantren Mahasiswa (Pesma) Al-Hikam, menjelaskan beberapa ciri Al-Qur’an sebagai kitab suci yang tetap terjaga keotentikannya.
- Al-Qur’an Tidak Menyalahi Fitrah Manusia
Salah satu ciri kitab suci adalah selaras dengan fitrah manusia. Demikian pula dengan Al-Qur’an, yang ajaran dan aturannya tidak bertentangan dengan naluri alami manusia.
Sebagai contoh, manusia memiliki kecenderungan mencintai harta dan mencari nafkah. Al-Qur’an tidak melarang manusia mencari rezeki, tetapi mengaturnya agar tetap berada dalam koridor yang benar.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Jumu’ah ayat 10:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Ayat ini menunjukkan bahwa setelah menunaikan salat Jumat, umat Islam dianjurkan untuk kembali beraktivitas mencari nafkah. Dengan demikian, Al-Qur’an bukanlah kitab yang membatasi manusia dalam mencari harta, melainkan mengarahkannya agar tetap dalam jalur yang benar.
Baca Juga: Pelantikan Pengurus Organisasi Al-Hikam 2025 : Menjadi Pemimpin dan Siap Dipimpin
2. Al-Qur’an Tidak Mengandung Kontradiksi
Ciri lain dari kitab suci adalah konsistensinya. Setiap kali seseorang selesai membaca Al-Qur’an, mereka sering mengucapkan صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيْم Ṣadaqallāhul ‘Aẓīm (Maha Benar Allah Yang Maha Agung dengan segala firman-Nya), yang menegaskan bahwa tidak ada pertentangan dalam isinya.
Sebagai contoh, dalam bacaan يس (Yāsīn), sejak zaman Nabi hingga saat ini, bacaannya tetap sama tanpa ada perubahan menjadi Yāsā. Begitu pula dengan seluruh isi Al-Qur’an, yang tetap terjaga sejak diturunkan hingga sekarang tanpa ada revisi atau perubahan.
“Revisi biasanya terjadi dalam hubungan hierarki, misalnya dari dosen kepada mahasiswa. Namun, Al-Qur’an adalah firman Allah. Maka, bagaimana mungkin manusia dapat merevisinya? Adapun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) hanya memastikan teksnya tetap sesuai dengan kaidah penulisan, bukan mengubah keotentikannya. Sebab, Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir, sehingga kemurniannya terjamin,” papar Gus Yusron
3. Al-Qur’an Bebas dari Intervensi Makhluk
Allah sendiri yang menjaga kemurnian Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an sudah final dan tidak dapat diubah oleh siapa pun. “Al-Qur’an ini adalah firman Allah, bagaimana mungkin manusia berani merevisinya?” tegas ulang Gus Yusron.
Selain itu, dalam ceramahnya, Pengasuh Pesanten Al-Hikam ini juga menjelaskan beberapa manfaat membaca Al-Qur’an, di antaranya:
Selain itu, dalam ceramahnya, Pengasuh Pesanten Al-Hikam ini juga menjelaskan beberapa manfaat membaca Al-Qur’an, di antaranya:
1. Menjadikan Akhirat sebagai Orientasi Utama
Membaca Al-Qur’an dapat membentuk pola pikir seseorang agar lebih berorientasi pada kehidupan akhirat daripada dunia. Menurutnya, terlalu bergantung pada kehidupan dunia itu berisiko, karena dunia bersifat sementara, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal.
2. Menghilangkan Kebodohan
Al-Qur’an membawa misi besar, yaitu mengentaskan kemiskinan dan memerangi kebodohan. Membaca Al-Qur’an dengan benar akan meningkatkan kecerdasan dan kemuliaan seseorang. Sebaliknya, Jika seseorang membaca Al-Qur’an tanpa memperhatikan kaidah tajwid, maka bacaannya bisa keliru dan tidak membawa pengaruh yang diharapkan.

Gus Yusron menambahkan bahwa membaca Al-Qur’an juga memiliki keutamaan tersendiri bagi laki-laki dan perempuan.
“Bagi laki-laki, membaca Al-Qur’an menambah kemuliaan, sedangkan bagi perempuan, itu meningkatkan kehormatan mereka. Sebab, salah satu tujuan Al-Qur’an adalah mengangkat derajat wanita,” jelasnya.
Di akhir ceramahnya, Gus Yusron berpesan agar kita terus berupaya untuk khotmul ‘amal bil Qur’an di samping khotmul Qur’an. Yakni berupaya mengamalkan isi kandungan dalam tiap ayatnya. Sebagaimana dicontohkan oleh Abu Bakar, beliau tidak akan menambah hafalan Al-Qur’annya sebelum mengamalkan lima ayat yang telah ia hafal.
“Anugerah terbesar dari Allah adalah ketika kita bisa mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
Demikianlah acara peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Al-Hikam Depok yang berlangsung dengan penuh khidmah dan dihadiri oleh seluruh jamaah tarawih. Semoga momentum ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, semoga semakin meneguhkan keimanan kita bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang senantiasa terjaga kemurniannya