Khotbah Jumat: Urgensi Pendidikan Akhlak di Era Disrupsi

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ  

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Perubahan zaman diiringi dengan perkembangan teknologi serta informasi yang begitu cepat saat ini haruslah diimbangi dengan bekal keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Inilah yang akan menjadikan kita mampu mengarunginya dengan baik melalui maksimalisasi hal-hal positif yang muncul. Sekaligus mampu menepis dampak-dampak negatif yang muncul akibat disrupsi yang terjadi di berbagai sektor kehidupan. Sehingga sangat relevan sekali dalam setiap khotbahnya, khatib wajib mengingatkan, mengajak, dan menguatkan ketakwaan kepada Allah Swt melalui banyak ayat Al-Qur’an.

  وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ  

Artinya: “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Al-Baqarah: 197)  

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan. Perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan semakin cepatnya perubahan peradaban. Jika dulu untuk memberi kabar pada orang lain harus mengirim surat dan menunggu balasan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Saat ini dalam hitungan detik hal itu sudah bisa dilakukan. Jika dulu informasi hanya dimiliki oleh segelintir orang. Saat ini semua orang bisa mengakses informasi kapan pun dan di mana pun.

Dunia seolah sudah ada dalam genggaman. Apa pun yang kita inginkan bisa difasilitasi oleh berbagai perangkat hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi seperti melalui internet. Namun, perlu kita ingat bahwa perubahan ini bukan hanya membawa dampak positif bagi peradaban. Ancaman dekadensi moral dan hilangnya kemanusiaan juga terancam oleh derasnya perubahan jika tidak disikapi dan diantisipasi dengan baik.

Teknologi diibaratkan pisau yang bisa memberi manfaat besar jika dipegang dan digunakan oleh seorang koki atau tukang masak. Namun, akan mendatangkan bencana bila dipegang dan dikuasai oleh penjahat. Oleh sebab itu, perubahan zaman akibat cepat dan masifnya perkembangan teknologi harus diimbangi dengan kesadaran bahwa teknologi adalah wasilah (alat) bukan ghayah (tujuan).

Kita harus bentengi diri kita dan orang lain dari efek negatif perkembangan teknologi. Menghindari sebuah tatanan peradaban yang menghantarkan pada jurang kehancuran. Ada kalimat bijak yang mengatakan: “Dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup menjadi terarah”. Agar semuanya bisa kita jalankan maka perlu kita pegang kaidah yang populer di lingkungan pesantren:

 المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالأَخْذُ بِالجَدِيْدِ الأَصْلَحِ  

Artinya: “Memelihara (menjaga) hal lama yang baik, dan mengambil hal baru yang lebih baik

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Penting kita sadari dan lakukan di era ini adalah membekali para generasi muda kita dengan nilai-nilai spiritual, karakter, dan akhlak yang baik. Terutama di tengah gempuran berbagai macam hal negatif akibat cepatnya perubahan zaman. Mau tidak mau, merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan peradaban. Jika mereka tidak dibekali dengan karakter mulia sejak dini, maka bisa jadi mereka akan terseret dan tergerus oleh arus negatif perubahan zaman.

Mestinya kita bisa melihat sendiri bagaimana nilai-nilai etika, tata krama, kepedulian sosial sudah mulai pudar akibat sebagian generasi sekarang lebih menikmati kehidupan di dunia maya. Mereka betah untuk tidak bersosialisasi dengan orang lain di dunia nyata dan memilih menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya. Secara tidak langsung mereka menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh, sehingga tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dalam haditsnya agar kita menjaga akhlak yang baik kepada orang lain:

 اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun berada. Iringilah perbuatan buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik yang dapat menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada orang-orang dengan akhlak yang baik.” (HR at-Tirmidzi).

Selain berubahnya akhlak dan sikap generasi muda, penetrasi budaya luar juga patut diwaspadai. Derasnya konten yang mengalir melalui media sosial juga membawa dampak semakin lunturnya nilai-nilai luhur warisan nenek moyang kita. Hal ini bisa terlihat dari sikap, model, dan gaya pakaian generasi muda saat ini yang gampang terbawa tren. Mereka mulai lepas dari nilai-nilai agama. Jika ini dibiarkan, bagaimana nasib masa depan mereka dan peradaban dunia?

Allah Swt telah mengingatkan kita semua untuk tidak boleh mewariskan generasi yang lemah dalam meneruskan dan merawat peradaban. Agama Islam mendorong para generasi penerus untuk menjadi generasi yang kuat. Mampu menunjukkan optimisme masa depan cerah serta tidak mengkhawatirkan para orang tua. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 9: