Tiga Perkara yang Allah Sembunyikan Dalam Tiga Perkara

إِنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ.فَيَا اللَّهُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقِرَانِ الْكَرِيمِ: أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيمِ:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُمِنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا شَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وَقَالَ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Dalam kehidupan ini ada hal-hal yang tampak secara jelas sehingga setiap orang bisa menyikapinya dengan mudah. Demikian pula ada hal-hal yang tersembunyi sehingga tidak mudah menyikapinya. Jika Allah merahasiakan sesuatu, pasti Allah memiliki maksud tertentu dan tujuan yang jelas. Menurut Ali Zainal Abidin bin Husein radhiallahu anhuma, Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara sebagaimana dikutip Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah sebagai berikut:

وَقَالَ زَيْنُ الْعَابِدِينَ عَلِيٌّ ابْن الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: إِنَّ اللَّهَ خَبَا ثَلَاثًا فِي ثَلَاثٍ : خَبَّأَ رِضَاهُ فِي طَاعَتِهِ فَلَا تُحَقِّرُوا مِنْ طَاعَتِهِ شَيْئًا فَلَعَلَّ رِضَاهُ فِيهِ، وَخَبَا شَخْطَةً فِي مَعْصِيَتِهِ فَلَا تُخَيِّرُوا مِنْ مَعْصِيَتِهِ شَيْئًا فَلَعَلَّ مَحَطَّةً فِيهِ، وَ، وَخَبَا وِلَايَتَهُ فِي خَلْقِهِ فَلَا تُحَقِّرُوا مِنْ عِبَادِهِ أَحَدًا فَلَعَلَّ وَلِيَّ اللَّهُ

Ali Zainal Abidin radhiallahu anhuma berkata, “Allah SWT menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara. Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya, maka jangan remehkan sesuatu pun dari ketaatan kepada-Nya, mungkin di situlah letak ridha-Nya. Dia menyembunyikan murka-Nya dalam perbuatan maksiat, maka jangan meremehkan sesuatu dari maksiat kepada-Nya, mungkin di situlah letak murka Nya. Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya, maka jangan meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya, mungkan ia adalah wali-Nya.” (lihat Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah. Dar Al-Hawi, Cet. II. 1998, hal. 153).

Dari kutipan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Allah menyembunyikan rida-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya.

Perintah perintah Allah jumlahnya sangat banyak. Dari yang banyak itu mungkin banyak pula yang telah kita laksanakan. Tetapi kita tidak tahu dari amal-amal ketaatan itu manakah yang mendapatkan rida dari Allah subhanahu wa ta’ala karena Allah memang tidak memperlihatkan rida-Nya atas amal-amal itu kepada hamba-hamba-Nya. Hal tersebut supaya hamba-hamba-Nya tidak mudah merasa puas, lalu menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan amal-amal kebaikan yang lainnya.

Oleh karena itu, tidak pantas bagi kita meremehkan suatu amal kebaikan sekalipun kebaikan itu sepele, baik yang populer di mata masyarakat maupun yang tidak populer, jika ada kesempatan untuk melakukannya, maka lakukanlah. Jangan-jangan Allah justru memberikan rida-Nya atas amal yang kebanyakan orang menganggapnya sepele itu. Berbicara tentang kebaikan yang sepele itu, maka teringat tentang kisah sesorang yang bermimpi bagaimana Imam al-Ghazali bisa masuk surga.

Suatu ketika ada sesorang yang bermimpi Imam al-Ghazali, dan ia bertanya kepadanya;

“Wahai Imam al-Ghazali bagaimana perlakukan Allah terhadap engkau?

Beliau menjawab, “Allah SWT membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, “Wahai Ghazali, Apakah kamu tahu kenapa kamu dibawa ke sisi-Ku?

Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku.

Dia berfirman, “Aku tidak menerima semua amalmu itu”

Sesungguhnya yang Aku terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya,

Sedangkan kamu pada itu sedang menulis lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga seekor lalat itu selesai meminumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut. Kemudian Allah memerintahkan, “Bawalah hamba-Ku ini ke surga.” (lihat Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Nashaihul ‘Ibad [Surabaya: Nurul Huda, tanpa tahun], hal. 3).

Kisah tersebut menceritakan bahwa Hujjatul Islam Imam al-Ghazali masuk ke dalam surga bukan karena kitab-kitab yang beliau tulis yang jumlahnya sangat banyak itu, akan tetapi karena membiarkan seekor lalat masuk ke wadah tinta yang beliau gunakan untuk menulis kitab. Nyamuk itu bermaksud minum karena haus hingga ia puas dan terbang meninggalkan Imam al-Ghazali.

Jamaah Jum’at Hafidhakumullah

Kedua, Allah menyembunyikan murka-Nya atas perbuatan maksiat yang dilakukan hamba-Nya.

Allah tidak langsung memberikan hukuman atau azab atas pelaku kemaksiatan. Setiap kemaksiatan menimbulkan murka Allah kepada pelakunya, namun Allah tidak memperlihatkan murka-Nya yang dapat dirasakan langsung oleh pelakunya.

Oleh karena itu, hendaknya kita tidak mengganggap enteng ataupun remeh atas kemaksiatan walaupun itu kecil, sebab bisa jadi Allah sangat murka atas kemaksiatan tersebut. Terlebih-lebih jika kemaksiatan itu kemudian diikuti dengan kemaksiatan-kemaksiatan lain yang justru menambah murka Allah subhanahu wa ta’ala. Intinya adalah setiap kemaksiatan harus menjadi perhatian kita karena bisa jadi Allah sangat murka atas kemaksiatan itu. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk banyak-banyak memohon ampun dengan memperbanyak istighfar agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat, diikuti dengan penyesalan dan bertobat.

Ketiga, Allah menyembunyikan para wali atau kekasih-Nya di antara makhluk makhluk-Nya.

Hal ini dimaksudkan agar kita tidak meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya karena mungkin jadi ia adalah waliyullah. Allah sendiri yang memuliakan mereka, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran yang mulia:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rejeki dart yang baik baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70)

Selain itu, agar kita tidak gampang meremehkan orang lain dan justru terdorong untuk menghormatinya, kita perlu meyakini bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Cara inilah yang mungkin bisa lebih menjamin keselamatan kita dari meremehkan orang lain. Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan:

لَا تَغْتَفِرْ مِنْ دُونِكَ لِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ

“Janganlah engkau meremehkan orang lain sebab segala sesuatu (atau setiap orang) memiliki kelebihannya sendiri (yang kita mungkin tidak memilikinya).

Sekali lagi, Allah sengaja merahasiakan tiga perkara dalam tiga perkara sebagaimana disebutkan diatas agar manusia bersikap hati-hati dan berbuat adil. Adil baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kesemua ini tidak lain adalah demi kebaikan kita masing-masing baik di dunia maupun akhirat.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Editor: Tim Jurnalis