Khutbah ke I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى كُلُّ نَفۡسࣲ ذَاۤىِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۤ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah
Pada khotbah kali ini, khatib ingin mengfokuskan pembahasan pada doa yang diajarkan Nabi saw. tersebut, terutama doa meminta perlindungan kepada Allah Swt. dari فتنة الحياة (fitnah kehidupan). Rasulullah Saw. menganjurkan kita membaca doa setelah tahiyat akhir sebelum salam;
اللهم اني أعوذبك من عذاب جهنم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا والممات وشر فتنة المسيح الدجال
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab (neraka) Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari buruknya fitnah al-Masih Dajjal.”
Jika kita amati, fitnah yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari sebagian besar disebabkan oleh harta. Banyak perceraian terjadi karena harta. Permusuhan, pertikaian, bahkan pembunuhan, semua itu juga dilatarbelakangi oleh harta. Harta yang sedikit bisa menjadi fitnah. Demikian pula harta yang banyak. Yang lebih ironis, banyak sekali saudara kita yang kekurangan secara ekonomi malah enggan beribadah.
كاد الفقر ان يكون كفرا
“Hampir-hampir kefakiran itu menyebabkan kekufuran.”
Ketika kefakiran harta menjauhkan kita dari ibadah, maka (kefakiran) itu adalah fitnah. Demikian pula kekayaan, banyak dari mereka yang kaya malas beribadah, seakan mereka lupa bahwa nikmat yang diperoleh seharusnya lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan bersyukur. Bukankah sebagaimana Allah berkuasa memberi mereka rezeki, Allah juga berkuasa untuk mencabut rezeki-Nya?
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah
Sejatinya fitnah kehidupan dunia mempunyai banyak sebab lainnya, bukan hanya harta. Hanya saja secara umum semua itu disebabkan oleh harta. Lalu bagaimana solusi dan Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi fitnah dunia ini?
Para ulama tasawuf mengajarkan bahwa fitnah dunia bisa dihadapi dengan dua sifat terpuji, yaitu sabar dan syukur. Sabar dan syukur laksana dua sayap yang harus kita seimbangkan dalam mengarungi hiruk pikuk fitnah dunia. Ketika kita diberikan keluangan dan keluasan rezeki, maka kita kepakkan sayap syukur, yaitu dengan menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang diperbolehkan oleh Allah. Pun demikian, jika kita dibatasi atau disempitkan dalam rezeki oleh Allah, maka kepakkanlah dengan mantap sayap sabar tanpa menafikan usaha yang juga harus tetap konsisten dilakukan.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah
Setelah mengajarkan kita untuk berlindung dari فتنة الحياة (fitnah dunia), Kemudian Rasul mengajarkan kita untuk berlindung dari فتنة الممات (fitnah kekematian). Karena sehebat apapun manusia dan sekaya apapun ia, semuanya akan merasakan kematian.
كل نفس ذائقة الموت
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”
Kematian adalah keniscayaan. Kematian akan datang tiba-tiba. Siap ataupun tidak, kematian tidak akan peduli. Oleh karena itulah kita diperintahkan Nabi untuk berdoa agar dilindungi oleh Allah dari fitnah kematian. Termasuk dari fitnah kematian adalah pertanyaan malaikat kelak di alam kubur. Dimana keberhasilan menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut merupakan tanda kesuksesan kita menghadapi tahap selanjutnya pada hari akhir kelak yang akan bermuara pada tempat tinggal terakhir. Apakah surga (semoga Allah memasukkan kita kedalamnya), atau justru terbenam jauh di dalam jurang api neraka. Na’uzubillah min dzalik.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah
Ketika kita paham tentang rumit dan panjangnya kehidupan akhirat, maka sudah seharusnya kita sadar bahwa dunia yang sekarang kita tempati ini adalah ladang yang menentukan tempat kita kelak di akhirat. Karena itu, mari kita bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah, kembali menggiatkan diri kita untuk beribadah, dimulai dari yang wajib kemudian kita sempurnakan dengan ibadah sunah. Demikian pula selain ibadah yang bersifat individu, seperti salat dan puasa, kita juga menyeimbangkannya dengan memperbanyak ibadah sosial, seperti zakat, sedekah, wakaf, ikut gotong royong membersihkan lingkungan, dan lain-lain. Semua itu harus kita upayakan dengan hati yang ikhlas karena Allah Swt.
Yang patut dicamkan adalah dua sifat terpuji yang harus kita jaga ketika berkaitan dengan ibadah, yaitu khauf (khawatir/takut) dan raja’ (berharap rahmat Allah). Dua sifat ini juga laksana sayap yang harus diseimbangkan. Ketika kita rajin beribadah, janganlah sombong, jumawa, seakan surga sudah pasti kita dapatkan, justru disini harus kita kepakkan sikap khauf, karena kita tidak tahu apakah amal kita diterima Allah atau tidak. Pun demikan, ketika kita jatuh pada kemaksiatan, jauh dari Allah, dalam kondisi ini kita harus mengepakkan sayap sifat raja’, maksudnya meyakini bahwa rahmat Allah sangatlah luas, begitu pula ampunannya, sehingga ita tidak putus asa, tidak malu untuk kembali bertaubat ke jalan Allah.
Khutbah ke II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
#Khatib: Ust. Ahmad Misbahul Ula, Lc.
