Kamis, 1 September 2022 DEMA STKQ Al-Hikam menggelar seminar yang diisi oleh dr. Syifa Salma, Kepala Pesantren Mahasiswi Al-Hikam. Tema yang diangkat adalah “Lebih Dekat Mengenal Nomophobia dan Cara Mengatasinya”.
Topik seminar ini tergolong menarik karena berdasarkan riset yang ada, ditemukan sejumlah fakta bahwa penggunaan ponsel meningkat signifikan sejak maraknya pandemi COVID 19 dua tahun lalu. Penerapan social distancing yang dilakukan tiap intansi, mulai dari pendidikan, pemerintahan, dan tempat kerja telah membuat setiap orang mengalihkan seluruh aktivitasnya dari luring menjadi daring. Oleh karena itu, penggunaan ponsel pun meningkat demi terciptanya aktifitas tersebut.
Meskipun bernilai positif, kondisi tersebut memiliki dampak negatif yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah nomophobia (no mobile phone phobia), yang merupakan jenis kecemasan ketika berlama-lama jauh dari ponsel. Gangguan tersebut bisa disebabkan karena terlalu berlebihan dalam menggunakan ponsel.
Dalam pemaparannya, dr. Syifa juga menyebutkan presentase lengkap para penderita nomophobia. “Dari riset yang telah dilakukan, ada 66% korban yang terjangkit nomophobia, hanya butuh 4 tahun dari yang semulanya 53%. Dan yang cukup mengagetkan, 77% orang yang berumur 18-24 tahun mengalami nomophobia dan 68% orang berusia 25-34 tahun mengalami hal yang sama,” ungkap beliau.
Ada beberapa gejala selain rasa cemas yang menunjukkan bahwa seseorang itu menderita nomophobia. Gejala tersebut seperti khawatir, gelisah, bahkan marah apabila tidak menggunakan ponsel pintar. Lebih lanjut, dr. Syifa juga menyatakan, jika gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan berdampak buruk kepada kondisi fisik dan psikis korban. Misalnya insomnia, miopi, sakit kepala, sering lupa waktu untuk diri sendiri, bahkan sampai rela mengorbankan hubungan sosialnya dengan orang lain.
5 Tips Cegah Datangnya Nomophobia
Pemakaian ponsel merupakan suatu hal yang tak bisa dihindari, apalagi sekarang kita sudah memasuki zaman serba digital, yang mana seluruh kegiatan yang mendukung kehidupan sudah bisa dipermudah dengan adanya teknologi, terutama ponsel. Namun, kita dituntut untuk bersikap bijak agar tidak berdampak buruk dalam penggunannya. Dengan demikian, nomophobia dapat kita cegah dan tak akan datang merusak kehidupan kita.
“Tak perlu kita tunggu nomophobia itu ada, tapi kita lakukan pencegahan sebelum itu datang,” ucap beliau.
Menurut beliau, ada lima tips yang bisa kita lakukan dalam upaya mencegah terjangkitnya kita ke dalam nomophobia.
- Atur diri. Dengan mengatur diri, kita akan terbiasa memposisikan diri kita secara bijak dalam pemakaian ponsel.
- Buat mindset “manfaatkan bukan dimanfaatkan”. Jangan biarkan kita disetir dengan ponsel, tapi kita yang harus bisa menyetir ponsel.
- Manajamen stres. Ketika stres itu datang, jangan jadikan ponsel itu sebagai ajang pelarian kita. Hal itu justru yang akan menambah rasa stres.
- Perluas dan perkuat interaksi sosial. Dengan sering berkomunikasi sesama orang lain akan mencegah kita dari pemakaian ponsel secara berlebih.
- Mengontrol penggunaan ponsel. Salah satunya dengan mengatur jadwal pemakaian ponsel dengan fitur “Digital health and Parental Control” yang terdapat di tiap handphone android yang kita miliki.
Terakhir, dalam seminar yang dihadiri para mahasiswa STKQ Al-Hikam tersebut, Ustazah Syifa, sapaan akrabnya berharap kepada seluruh mahasiswa agar dapat selektif dan bijak dalam memakai gawainya masing-masing.
“Jangan sampai hp-nya smart, kitanya yang nggak smart,” pungkas beliau.
Editor: Tim Jurnalis
Baca juga: SEMINAR PESANTREN ALHIKAM DEPOK Menyikapi Krisis Identitas di Usia Transisi