Kajian Al-Hikam Ibn Athaillah: Sahabat Sejati dan Heroisme

Pasal 146:

مَاصَحِبَكَ اِلَّامَنْ صَاحِبَكَ وَهُوَ بِعَيْبِكَ عَلِيْمٌ وَلَيْسَ ذٰلِكَ اِلَّا مَوْلَاك الْكَرِيْمُ خَيْرُ مَنْ تَصْحَبُ مَنْ يَّطْلُبُكَ لَكَ لَالِشَيْئٍ يَّعُوْدُ مِنْكَ اِلَيْه

“Yang namanya sahabat sejati yaitu orang tetap mau bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya Tuhanmu yang Maha Mulia”.

Setiap manusia melakukan sesuatu karena memiliki kepentingan. Teman atau sahabat datang dengan sangat manis saat membutuhkan uang, atau berperilaku manis supaya bisa memiliki sahabat dengan uang yang berlimpah.

Bahkan orang tua kita mengasuh kita juga karena ada kepentingan. Entah itu bersifat duniawi belaka sebagai mesin pencari uang saat usia tidak lagi muda, atau bersifat ukhrawi sebagai titipan dari Sang Maha Kuasa yang akan menjadi tabungan saat usia telah menemui ajalnya.

Semua itu didasari oleh kepentingan yang memaksa manusia saling berhubungan satu sama lain. Inilah Sunnatullah. Manusia diciptakan bukan tanpa kekurangan, tapi dari banyaknya hal yang tidak bisa ia lakukan sendirilah yang membuatnya saling melengkapi melukis garis-garis kehidupan yang elok.

وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ ۗ

  1. Orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan (seperti silaturahmi), takut kepada Tuhannya, dan takut (pula) pada hisab yang buruk.

Oleh karena itu, Allah menegaskan bahwa salah satu ciri manusia yang berpikir adalah menyambung iman dengan Allah, menyambung silaturrahmi dengan manusia takut kepada Allah, dan Takut kepada hasil hisab yang buruk. Seyogianya kita tetap menjalin hubungan baik agar dapat meminta bantuan saat membutuhkan. Oleh karena itu jangan ngedumel ketika temanmu datang hanya ketika membutuhkan uang.

Baca Juga: Serangan Bertubi-tubi dari Israel Tak Kunjung Henti

Jelas sudah bahwa manusia datang karena ada kepentingan termasuk sunnatullah. Teman-teman tidak akan datang jika mereka tidak membutuhkan bantuan, meskipun sekedar menghabiskan waktu dan membunuh sepi.

“Maka cara memaknai dan memahami ayat ini adalah bahwa manusia datang pada sesamanya untuk kepentingan. Dan kamu telah bertindak heroik setelah mengetahui aibnya, namun tetap membantunya. لتكون كلمة الله هي العليا membantunya mendirikan kalimat Allah.” Terang Gus Yusran Shidqi.

Heroik identik dengan kata pahlawan. Pahlawan adalah orang yang menjaga sesuatu oleh Allah, lalu kita ikut menjaga apa yang Allah jaga (maqasid asy-syari’ah).

Kamu telah bertindak heroik dengan tetap membantu sahabatmu ketika ia membutuhkan sedangkan kamu tau benar kekurangan dan aibnya.

Namun sayangnya Hero yang kita harapkan sering kali hanya khayalan belaka. Hanya dan satu-satunya hero adalah Allah. Tak ada yang tahu kekurangan dan aib-aib kita sejelas Allah mengetahui segalanya. Dan tidak ada yang lebih memperhatikan dan membantu kita selain Allah SWT.

Allah tidak pernah meminta imbalan apa pun kepada kita. Allah tidak pernah mendapat keuntungan apa pun dari hamba-hambanya. Namun Allah adalah pahlawan yang selalu Heroik dalam kehidupan setiap manusia.