Khutbah Jumat: Nilai Kepahlawanan dalam Al-Qur’an

Depok, Walisongoonline.com –

الحمد لله الذي جعل البطولة لمن جاهد بأموالهم و انفسهم ابتغاء وجه الله، اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شهادة ننطق بها لفظ الجلالة، و اشهد ان سيدنا محمدا عبده من به تلين الامور بالجماعة والسهالة، اللهم صل عل و سلم و بارك على شفيعنا حبيبنا و اسوتنا  سيدنا محمد لقد بلّغ الرسالة و على اله خير السلالة المطهرين من الرذالة و صحبه المنصوصين  بالصلاح و العدالة

اما بعد فيا ايها الناس اوصيكم و نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Pada saat ini wasiat ketakwaan adalah kewajiban. Melalui pesan takwa, kita bisa mengevaluasi tingkat kesalehan, sekaligus men-charge kembali baterai keimanan. Yang bertakwa adalah mereka yang berani mengalahkan diri sendiri dari nafsu angkara murka. Yang bertakwa adalah mereka yang mau berjuang berkegiatan positif dalam bingkai perintah Allah swt. Yang bertakwa adalah mereka yang mau berkorban untuk kebaikan sesamanya.

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Setiap pahlawan pasti selalu dikenang jasa-jasanya. Pahlawan adalah seorang pemberani yang melakukan aneka kegiatan positif tanpa pamrih dan berkorban demi kepentingan orang banyak. Seorang pahlawan akan terus berjuang sampai tujuannya tercapai meski harus mengorbankan harta maupun nyawa. Bukan mereka yang menampakkan diri setelah mencapai tujuan. Itu namanya pahlawan kesiangan.

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Dalam Islam pahlawan biasa dipersamakan dengan syahid, orang yang gugur dalam perjuangan. Syahid berarti yang disaksikan sekaligus menyaksikan.

Wa syahidin wa masyhud (QS al-Buruj [85]: 3).

Seorang pahlawan/syahid merekalah yang disaksikan oleh masyarakat bahwa dia telah melakukan kegiatan positif untuk orang banyak. Seorang pahlawan/syahid juga menyaksikan keadaan kita sekarang apakah kita masih terus memelihara cita-cita dan pencapaian mereka. Jika tidak, mereka akan sedih dan menyesali kita.

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Kepahlawanan memiliki sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi. Syarat pertama adalah keberanian. Ibnu ‘Adil dalam tafsir al-Lubab, pahlawan disebut al-batal karena ia bisa membatalkan keberanian lawannya hingga ia ditakuti. Menurut al-Ghazali dalam Ihya’, berani itu bukan lawan dari takut/pengecut. Keberanian itu sifat tengah-tengah antara takut dan ngawur.

Syarat kedua adalah perjuangan. Yang dimaksud berjuang di sini bukan beras, baju, dan uang. Perjuangan itu usaha sungguh-sungguh sekuat tenaga tentang sesuatu mulia di mata Allah SWT meski harus menghadapi bahaya dan berbagai kesulitan. 16 dari 35 kata perjuangan dalam Al-Quran semua didasari atas fillah dan sabillillah.

Ketika upaya kesungguhan itu hanya demi beras, baju dan uang itu bukan perjuangan tapi peruangan. Memang perjuangan beda tipis dengan peruangan. Banyak yang mengaku berjuang tapi niatnya hanya ingin jadi manusia beruang. Banyak klaim sedang melakukan perjuangan tapi ujung-ujungnya tetap peruangan.

Baca Juga: Khotbah Idul Adha 1444H: 3 Sifat yang Menunjukkan Manusia

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Syarat ketiga adalah rela berkorban. Sepuluh kali Al-Qur’an menyebut perjuangan pahlawan perlu dibarengi dengan pengorbanan harta maupun nyawa. Jāhidū bi amwālikum wa anfusikum (QS at-Taubah [9]: 41). Bukan sebaliknya, Jāhidū li amwālikum wa anfusikum — perjuangan itu bukan untuk meraup keuntungan finansial atau membangun branding personal agar lebih viral dan terkenal.

Pahlawan itu rela berkorban mempertaruhkan nama baik pribadi. Pahlawan tak takut dicaci maki dari kanan maupun kiri. Bukan yang berharap pujian dari sana-sini. Sebab pahlawan adalah mereka yang yujāhidūna fī sabīlillāh wa lā yakhāfūna la im (QS al-Maidah [5]: 54).

Syarat keempat adalah ketulusan. Salah satu syarat kepahlawanan adalah ketulusan. Makanya ada istilah pehlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan itu mencapai tujuan tanpa pamrih. Memang ketulusan hanya Tuhan yang dapat menilai. Oleh karena itu kita serahkan pada Tuhan. Boleh jadi kita telah memberi secara berlebihan kepada orang, padahal di sisi Tuhan dia sejatinya bukanlah pahlawan.

Sebagaimana kisah dalam Sahih Muslim Abu Hurairah menginformasikan Nabi saw pernah bercerita ketika hari kiamat seseorang yang gugur di medan peperangan ditanya, “Apa amalan yang engkau kerjakan di dunia?” “Aku berjuang di medan pertempuran karena Allah hingga aku mati syahid,” jawabnya. “Engkau bohong. Engkau berperang hanya ingin disebut sebagai pahlawan pemberani.” Hanya karena membangun reputasi diri di mata Allah gelar kepahlawanan bisa dicabut kapan saja.

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Syarat kelima adalah menepikan keakuan (anāniyah). Pahlawan itu manusia-manusia yang sudah beres dengan urusannya sendiri. Pahlawan tidak disibukkan dengan kepentingan pribadi. Kepentingan bersama menjadi prioritasnya.

Pahlawan tak kenal egoisme. Kehancuran seseorang bisa terjadi lantaran ia terlalu menonjolkan keakuannya. Seorang yang masih terbersit dalam hatinya, “Bukankah aku lebih penting & lebih baik ketimbang orang lain itu,” berarti ia mewarisi kata-kata Firaun dalam QS az-Zukhruf [43]: 52, Am ana khairun min haża allażī mahīnun wa lā yakādu yubīn.

Jamaah Jumah rahimakumullah,…

Nabi Ibrahim as pernah berdoa waj al lī lisāna ṣidqin fī ākhirīn (QS asy-Syu’ara [26]: 84), jadikanlah namaku selalu dikenang dan reputasiku tak pernah lekang. Doa itu terkabul karena dibarengi dengan keberaniannya meruntuhkan berhala Namrud, ketulusan berjuang membangun Ka’bah dan mengenalkan ajaran Allah, serta rela mengorbankan putera dan meninggalkan istrinya, Hajar.

Ketika kita fokus membesarkan amal dan jasa kita, maka nama besar dan reputasi akan mengikuti. Sebagaimana Nabi Ibrahim as. Tapi jika kita berambisi membesarkan nama dan memburu reputasi, nama belum tenar dan reputasi belum tentu terbukti.

وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ


 بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. أقول قولي  العظيم الجليل لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah II

 
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَ الشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامِنَتِهِ،  وَ أ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّعِيَّ إلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللَّهُ عِيَّهُ وَعَاى آلِهُ وَصَحَابَتَهُ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرا أما بعد : فيَا عِبَادَاللَّهِ اتَّقُوااللَّهِ تَعَالَى وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وَعَتَّصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا ثُمَّ اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ –سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ أَبَدٍ فِيهِ بِنَفْسِهِ فقال جل من قائل عليما:﴿اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦ ﴾ ( الاحزاب/33: 56). اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، الْبَشَرُ النَّذِيرِ، وَالسِّرَاجُ الْمُنِيرِ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ الْأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ: أَبِي بَكْرٍ، وَ عُمَرَ، وَ عُثْمَانَ‘ وَ عَلِيٍّ، وَ عَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ، وَ عَنْ التَّابِعِينَ، وَتَابِعِي التَّابِعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمَيْنِ. الِلَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِينَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، الْاحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالَامَوَاتُ بِرَحْمَتِكَ يَا وَهَّابَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزْ الْمُسْلِمِينَ، وَ أَذَلَّ الشِّرْكَ وَ الْمُشْرِكِينَ،وَ دَمِّرَ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ اُخْذُلْ الْيَهُودَلِلَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِينَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، الْاحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالَامَوَاتُ بِرَحْمَتِكَ يَا وَهَّابَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزْ الْمُسْلِمِينَ، وَ أَذَلَّ الشِّرْكَ وَ الْمُشْرِكِينَ،وَ دَمِّرَ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ اُخْذُلْ الْيَهُودَوَالشُّيُوعِيِّينَ وَ جَمِيعُ الْمُلْحِدِينَ وَمَنْ تَابَعَهُمْ وَوْا لَا هُمْ . اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَ الرِّيَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَ سُوءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ اَلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ اَلْعَالَمِينَ. اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَ وَ طَنِّنًا، وَأَصْلِحْ وَاحْفَظْ وَلَا أُمُورَنَا. اللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيهِ عِزَّ دِينُكَ وَانْصُرْ أُمَّةَ الْإِسْلَامِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ هُدَاةً مُهْتَدِينَ صَالِحِينَ مُصْلِحِينَ.اللَّهُمَّ اُرْزُقْهُمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ لِدِينِهَا وَأُمَّتِهَا، وَأَبْعَدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ. اللَّهُمَّ ثَبِّتْنَا عَلَى قَوْلِكَ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.  ﴿رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ ٨ ﴾ ( اٰل عمران/3: 8) ﴿لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ ٢٨٦ ﴾ ( البقرة/2: 286-286). عبادالله :إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ إِيتَاءِ ذِي   الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إذَا عَاهَدْتُمْ، وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا، وقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا، إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ 

Khatib: Ustadz Dr. Ali Fitriana, M.Ag