Abah Hasyim “Janji Allah Selalu Bersyarat dan Rahmat Allah Selalu Meminta Tanggung Jawab”

Dalam beberapa ceramahnya, Abah Hasyim sering melontarkan retorika indah dengan penuh motivasi dan menginspirasi. Kepiawannya dalam berbicara membuat banyak orang takjub dan tercerahkan. Salah satu ungkapan motivasi Abah yang berbunyi, “Janji Allah selalu bersyarat dan rahmat Allah selalu meminta tanggung jawab.”

Ungkapan yang sangat padat, rinci dan lugas dari Abah Hasyim, tetapi mempunyai makna yang sangat mendalam dan penuh motivasi. Jika ditelisik, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menunjukkan makna akan janji Allah sebagaimana yang disampaikan Abah dalam ungkapannya tersebut. Dalam surah Al-Baqarah ayat 152 Allah berfirman:  

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Ayat tersebut merupakan salah satu janji Allah bagi Orang yang senantiasa mengingat Allah. Mengingat Allah disebut juga dengan istilah zikir. Secara etimologi, zikir berasal dari dari kata “zakara” yang berarti menyebut, mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, dan memberi nasehat. Oleh karena itu zikir merupakan ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu maupun tempat.

Baca juga: Abah Hasyim Muzadi: Pejuang Sejati

Allah SWT sebagai pencipta atas semua hal yang ada di dunia ini tentu saja tidak bisa ditandingi oleh siapapun atau apapun. Oleh karena itu, jika kita selalu mengingat Allah SWT maka segala urusan, permasalahan, kebutuhan, dan keinginan kita secara sadar maupun tidak sadar pasti akan langsung diperhatikan oleh Allah SWT.

Kemudian Janji Allah terdapat dalam surah Al-Anfal ayat 33, yang membahas tentang janji Allah bagi orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Allah berfirman:

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”

Menurut tafsir para ulama, taubat memiliki makna kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan. Kemudian bertekad untuk melaksanakan segala hak-hak Allah SWT. Oleh karena itu janganlah  lelah untuk terus bertaubat.

Dalam surah Gafir ayat 6, diterangkan pula janji Allah bagi orang-orang yang sering berdoa. Allah berfirman:

وَكَذٰلِكَ حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ النَّارِۘ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam.”

Secara etimologi, doa berasal dari Bahasa Arab yang berarti memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, dan memohon. Berdoa sejatinya penanda bahwa kita adalah makhluk yang lemah, tidak berdaya, dan penuh keterbatasan dibandingkan Allah SWT.

Ketika kita jarang atau bahkan tidak mau berdoa kepada Allah SWT karena menganggap semua hal hanya tergantung dari kerja keras diri sendiri, maka kita telah bersikap sombong. Padahal sombong adalah sifat yang sangat dibenci Allah SWT. keadaan hina dina.”

Adapun didalam surat Ibrahim ayat 7, diterangkan janji Allah bagi orang yang suka bersyukur. Allah berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِي

“Dan ketika Tuhan kalian mengumumkan; Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti aku menambah (nikmat) pada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih.”

Baca juga: Abah Hasyim Muzadi: Pejuang Sejati

Menurut bahasa, syukur adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya. Baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan. Ada banyak cara untuk bersyukur selain mengucapkan tahmid (alhamdulillah). Bisa dengan selalu berusaha berprasangka baik kepada ketetapan Allah SWT yang bersifat baik atau buruk di mata kita. Menggunakan apa saja yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT untuk hal-hal kebaikan atau perkara yang Allah sukai juga merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT.

Kemudian dalam surah Ali-Imran ayat 133-134, diterangkan janji Allah bagi orang yang tidak suka marah-marah. Allah berfirman:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (133)

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (134)

Marah mungkin bagi sebagian orang termasuk hal yang sepele. Padahal Allah SWT menjanjikan imbalan yang dahsyat bagi mereka yang mampu menahan amarah. Kemarahan akan menjadi emosi negatif jika berlebihan. Bahkan hal tersebut tak hanya merugikan orang lain, tapi juga bagi kesehatan diri. Beberapa penyakit bisa muncul berkaitan dengan emosi berlebihan seperti penyakit jantung dan diabetes. Menahan amarah tentu bukan perkara mudah. Oleh karena itu, Allah SWT menghadiahkan surga seluas langit dan bumi atas perkara ini.

Baca juga: Indikasi Taqwa, Pegang Janji dengan Kuat

Ayat-ayat tersebut mempunyai korelasi yang kuat dengan ungkapan Abah Hasyim “Janji Allah selalu bersyarat dan rahmat Allah selalu meminta tanggung jawab”. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa Allah selalu menepati janjinya bagi hamba-hamba beriman yang mampu memenuhi syarat yang telah Allah diterangkan dalam kalam-Nya, begitu pula dengan rahmat Allah yang pasti selalu meminta tanggung jawab dari seorang hamba. Karena bahwasanya segala sesuatu atau rahmat apapun yang telah Allah berikan kepada kita itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, maka sebagai seorang hamba sepatutnya kita bisa bertanggungjawab dengan rahmat dan karunia yang telah Allah berikan.