Talamidz al-Hikam Waratsat al-Abah

Abah Hasyim Artikel

Depok,walisongoonline – Pernah gak, merasa tidak pantas sebagai Santri Abah dan mahasiswa Al-Hikam? Pernah gak, merasa bahwa menjadi Mahasiswa Al-Hikam hanya karena keberuntungan atau karena terjadi kesalahan teknis/administrasi belaka? Merasa khawatir orang lain tau kalau keberhasilan palsu tersebut diketahui oleh orang lain? Kalau pernah, fenomena tersebut bernama Imposter Syndrome atau Impostor Phenomenon.

Self-doubt dan anxiety dalam diri mahasiswa tersebut dapat membuatnya lupa bersyukur dan tidak dapat menikmati keberhasilan yang telah Allah anugrahkan kepadanya.

Namun, benarkah itu adalah nikmat? What if, keberhasilan tersebut beneran karena keberuntungan atau kesalahan administrasi? What if, keberhasilan tersebut bukanlah nikmat, melainkan istidraj? Artikel singkat ini tidak membahas cara membedakan antara dua hal dilematis ini. Artikel ini, akan membahas bagaimana cara bersikap atas keberhasilan yang telah dicapai menurut Ahmad Hasyim Muzadi.

Dalam pidato Abah di Istana Negara, Abah menjelaskan bahwa ada 2 jenis rezeki yang Allah berikan kepada manusia; Rezeki yang mulia atau nikmat dan Istidraj.

“Orang-orang yang mendapatkan rezeki yang mulia, hatinya akan bersih, doanya akan nyampe. Banyak orang desa, bodoh, miskin, tapi bersih dan berdoa. Anaknya jadi ulama. Anaknya jadi intelektual. Anaknya jadi presiden. Anaknya jadi tokoh dunia. Sementara yang sudah pinter tadi, anaknya kena narkoba, kena ini dan kena itu. Jadi, kebersihan melahirkan kebesaran. Tapi kebesaran yang tidak bertanggung jawab, dia akan memukul dirinya sendiri.”

Baca Juga: Mengenang K.H. Hasyim Muzadi Lewat Tawa

Penulis percaya, para mahasiswa Al-Hikam Depok berasal dari “kebersihan”. Keberhasilan, atau kebesaran, yang ia dapatkan saat ini merupakan hasil dari kebersihan hati, amal dan pikirannya. Penulis percaya, santri-santri Abah berhasil menjadi Santri Abah tidak lepas dari doa dari hati-hati yang tulus dari orang tua para santri. Penulis juga percaya, bahwa status Santri Abah merupakan suatu “Kebesaran”.

Namun, Abah juga memberi peringatan yang keras untuk mempertanggungjawabkan kebesaran tersebut. Beban status Santri Abah bukanlah status yang ringan dan dapat dimanfaatkan secara sembarangan. Menggunakan status tersebut untuk lolos dari tilang merupakan contoh tidak bertanggung jawab yang akan memukul dirinya sendiri ketika Tanbih al-‘Am nanti.

Tanggungjawab atas kebesaran yang telah Allah berikan dapat menjadi anti-thesis untuk melawan imposter dalam diri. Meniru gaya penafsiran Abah surah Al-Hasyr ayat 7:


مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ ٱلْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ ٧


“Wahai Santri-santri Abah, kalau sudah mendapatkan ilmu dari Pesantren Al-Hikam, kalau sudah dapat, bagi rata. Tidak harus sama. Untuk tujuan perjuangan agama, untuk yang tidak sempat belajar di Al-Hikam. Supaya apa? Agar ilmu itu tidak hanya berputar-putar di Al-Hikam saja. Kalau itu yang terjadi, akan terjadi keresahan. Dilanjutkan dengan kerusuhan. Dilanjutkan dengan kerusakan. Oleh karenanya, ancaman Allah “kehancuran-kehancuran akan timbul di sana sini.”

Salah satu bentuk tanggungjawab atas kebesaran adalah dengan menjadi manfaat bagi sekitarnya.
Pada kesempatan lain, Abah pernah mengatakan:

“Orang yang menahan ilmu dan tidak dimanfaatkan untuk orang lain, maka yang sesuatu yang ditahan itu akan menggenang dalam dirinya. Sesuatu yang menggenang akan membusuk. Maka, ia akan dibusukkan oleh ilmunya sendiri.”


التلامذ الحكم ورثة الآبة هاشم مزادي


“Santri Al-Hikam adalah pewaris Abah Hasyim Muzadi”


Sebagai pewaris, sebarkan pemikiran Abah yang diwariskan pada dirimu. Pewaris kenegarawanan Abah bertanggung jawab untuk membagikan ilmu kenegarawanan ala Abah yang ia miliki. Pewaris Humor Abah pun demikian.

Oleh: Ahmad Fauzi Alumni STKQ al-Hikam Depok