Puisi Naratif “Hidangan Kosong”

I. kumpulan kertas kosong
entah apa harus kutuangkan
pandangan pun kosong
meneropong lorong-lorong
waktu; kekosongan masa silam,
keabaian masa sekarang;
akankah menjadi bom waktu
di masa mendatang?
atau malah akan mendatangkan
gelak tawa; menjadi lembaran-lembaran
sejarah kehidupan di buku catatan
yang akan kutulis kemudian,
dan menjadi topik perbincangan
kelak bersama kawan-kawan
saat sama-sama beruban.
kurasa semua bisa menjadi kenangan
kekosongan-kekosongan pun demikian

II. pikiran kosong
jangankan menyongsong masa depan
mengusung masa sekarang
sudah bikin meriang
: tugas kuliah diharuskan
segera dituntaskan
; dunia menuntut percepatan dan pencapaian
berpikir keras, konon bikin cerdas
tapi aku tak suka yang keras-keras,
selain mengeraskan alarm
saat terlalu lama terlelap
atau mengeraskan suara
dalam kesendirian
saat sunyi sudah berhenti
menjadi nada dalam sepi.
berpikir cerdas,
konon bisa bikin
urusan cepat tuntas.
lantas apa yang perlu segera dibereskan,
; disegerakan dan dituntaskan
jika tak ada yang benar-benar selesai
selama kehidupan belum usai
aku pilih tatap tanang,
santai; mengabaikan segala tuntutan
tak memikirkan apa-apa
; selain yang mengasyikkan
anehnya aku asyik dengan
kekosongan.

III. otak kosong
jika “tong kosong nyaring bunyinya”
adalah kepandiran dan kesombongan,
aku masih bisa memilih diam
atau diam-diam dalam lamunan
kupunguti saja kekosongan yang lalu,
yang kini, dan yang mendatang
dengan sedikit racikan kata-kata
lalu kuhidangkan ke orang-orang
di jagat maya,
biar gawai mereka sekali-kali
sepi dari hiruk pikuk yang membosankan
biar aksara-aksara sunyi
mengisi sepi yang tak mereka sadari
karena euforia zaman; sihir digital dengan segala aplikasi yang ditawarkan,
biar mereka turut menikmati kekosongan
yang tak mungkin ditemukan di smartphone,
jika mereka mau menikmatinya
itu pun kalau mereka suka dan bisa.

IV. perpus kosong
buku-buku usang
karya para penulis di masa silam
memang tak terhapus guratannya
hanya saja
orang-orang sekarang
lebih suka membaca di laman-laman
gawai
lebih simpel katanya,
tanpa lembaran; tanpa halaman
“semoga aksara kekosongan ini menjadi tambahan”

V. KEKOSONGAN
KESUNYIAN
KESEPIAN
adalah
tempat
adalah
waktu
adalah
kesempatan
PENJERNIHAN
PEMBERSIHAN
PENYUCIAN
akal
hati
dan jiwa