Prof Arif Zamhari Jelaskan Ukuran Hidupnya Sebuah Kampus, Simak Penjelasannya

Acara Berita

Depok, walisongoonline.com – Acara bedah buku yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok pada hari Jum’at, 16 Februari 2023 menghadirkan dua penulis produktif yang hebat.

Penulis pertama adalah Gus Ach Dhofir Zuhri dengan bukunya yang berjudul “Filsafat untuk Pemalas”. Beliau merupakan Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Malang.

Selain menjadi pengasuh, Gus Dhofir juga mengetuai Sekolah Tinggi Filsafat Al-Farabi di Malang. Maka tidak heran jika beliau dikenal tidak hanya sebagai penulis, melainkan seorang Kiai sekaligus Filsuf.

Kemudian penulis berikutnya adalah Ustadz Makmun Rasyid dengan karyanya yang berjudul “Menangkal Bahaya Radikal Terorisme”. Beliau adalah salah satu alumni angkatan pertama Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok.

Saat ini Ustadz Makmun aktif di Majelis Ulama Indonesia. Beliau menjabat sebagai Pengurus Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET).

Dalam acara ini, turut hadir menyambut sekaligus membuka acara bedah buku Ketua Yayasan Pesantren Mahasiswa A-Hikam Depok, Prof. Arif Zamhari, Ph.D.

Beliau dalam sambutannya memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas terselanggaranya acara bedah buku ini. Karena menurut beliau kampus atau pesantren yang di dalamnya tidak ada aktifitas diskusi hanyalah sebatas bangunan saja.

“Acara ini merupakan acara yang sangat luar biasa, karna ukuran kampus yang hidup ada acara bedah buku, dan aktifitas diskusi. Sekali kampus tidak ada bedah buku, diskusi, maka kampus itu hanya berupa bangunan,” ungkap Prof Arif.

Baca Juga: Adakan Uji Kompetensi Profesi, Gus Yusron Sampaikan Pentingnya Hadapi Perubahan

Kegiatan diskusi sudah seharusnya menjadi kegiatan yang tidak bisa terpisahkan oleh mahasiswa. Karena melalui diskusi mahasiswa belajar menyampaikan pendapat, mendengar ide orang lain, dan menerima pendapat orang lain, serta berdialog secara logis.

Prof. Arif Zamhari lebih lanjut menjelaskan bahwa jantung dari dunia akademik adalah terletak pada diskusinya.

“Jantung dunia akademik adalah terletak pada aktifitas diskusi- diskusi ilmiahnya”, jelas Ketua Yayasan Pesantren.

Tentunya proses diskusi dapat berlangsung dengan baik, apabila mahasiswa mempunyai semangat literasi membaca buku yang tinggi. Karena dari membaca itulah yang akan memunculkan pemikiran-pemikiran baru.

Sedangkan di era saat ini, menurut Prof. Arif Zamhari budaya membaca sangat rendah, para mahasiswa lebih memilih yang serba instant di media sosial.

“Etos membaca saat ini berada pada titik yang sangat rendah. Kalah dengan tiktok, orang tidak mau lagi bersusah-susah payah membaca, mereka hanya mau melihat, mendengar beberapa detik saja”, pungkas Ustadz Arif.

Terakhir, beliau berharap dengan acara ini para mahasiswa mendapatkan inspirasi untuk terus semangat belajar, mengasah kemampuan, utamanya dalam membaca dan menulis.

Menurut beliau, kalau para mahasiswa ingin menjadi penulis hendaknya banyak membaca, karena kegiatan menulis tidak bisa dipisahkan dari kegiatan membaca.

“Menjadi penulis itu tidak sulit, asal mau membaca, karena tidak ada penulis yang hebat melainkan dari pembaca yang hebat,” pesan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Muhammad Agus
Alumni Pondok Pesantren As'Adiyah. Saat ini sedang menempuh studi pembelajaran Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Sekolah Kulliyyatul Qur’an Al-Hikam.